MALNA | PUISI MUHAMMAD THOBRONI | KOTA TARAKAN




Ada Afrizal malna

Duduk menunggu lift

Yang turun dari lantai 1

Ke lantai 7 kursyNya, dia

Hanya antri sebab jatah

Ruang lift selalu penuh

Buat mereka yang berdebat

Tentang Tuhan dalam 

Tubuh puisi-puisi, sedangkan puisi-puisi

Pilih merdeka terbang dari

Wajah dan tanganNya!


Dari ruang narasumber penyair, Afrizal mencuci otak GenZ dan milenial yang

Tersesat dalam gang-gang sunyi para Mursyid babyboomer:


Dalam orang tak bertuhan dalam orang tak bertuhan

aku berlayar dalam tubuh-tubuh sepi

mengeras dalam hujan-hujan panjang


O, tuhan berlaut dalam keheningan bisu

pada kapal-kapal kaku

bisik-bisik menjauh


Aku sengaja mendahuluinya

Yang tertidur pulas di depan

Pintu lift, terpaksa mengunci dari dalam,

Dan terus berulang menekan angka tujuan,

Dari atas ke bawah, kembali dari bawah ke atas, bahkan

Menembus atap gedung

Megah yang dibangun untuk

Melahirkan imajinasi para penyair itu.


Tapi, Afrizal terus mengejar,

Mendesakku untuk mencari tuhan! 


Aku tak tahu Tuhan!


Tuhan ada dalam puisi,

Dalam fiksi, dalam drama!

Dia memberiku sebatang coklat, dan menekanku untuk mengunyahnya! Sedangkan aku setengah sekarat,

Menahan sakit rasa gigi 

Dan kutu-kutu yang menggerogoti hati!!


Aku tak mampu melihat tuhan!


Tuhan memberimu coklat, kutu-kutu, kegugupan cinta, dan 

Puisi-puisi yang tak pernah pulas!!


Itu gerbong kosong, kereta

Memulai perjalanan malam dan

Kau bakal tiba kemarin lusa!


Aku tak mampu memandangNya!

Tak sanggup mendengarNya!


Aku buta

Aku tuli

Aku mati rasa!


Tuhan bersamamu,

Dalam puisi-puisi,

Tapi aku keluar dari itu semua!


Cikini, Desember 2023

Comments