DINI | PUISI MUHAMMAD THOBRONI | KOTA TARAKAN



Sebuah sketsa photo

Hitam putih menggambarkan

Wajah N.H Dini 

Yang bersih.


Dia seperti sedang menikmati

Kesunyian lorong kota

Dan bersabar merangkai kata:

Aku diajar berpuasa

bukan karena agama,

bukan karena keinginan

naik surga. Kakek

mengajarku buat

menahan keinginan,

untuk mengetahui

Sampai di mana aku

Dapat mengatur kekuatan.


Sebuah palu gondam

Menghantam ulu hatiku.


Ini benar adanya!!


Sejak bayi tak pernah

Dapat dimengerti apa

Tujuan sebenar-benarnya

Puasa bagi diri saya, dan

Juga bagi seluruh manusia?


Kecuali lapar dahaga,

Kecuali tak mendapat nikmat sementara,

Kecuali menyalakan mercon hingga pagi tiba!!!


Apa tujuan puasa, 

Selain itu semua?


Bapak ibu hanya menyuruh,

Kakek nenek hanya mewariskan,

Berpuasa sejak sahur dan

Berbuka kala tiba masa

Selebihnya tak ada!


Kecuali kita bakal dosa,

Lantas dijebloskan ke neraka,

Bila tak berpuasa!!


Di Cikini ini aku baru

Sadar diri, mulut dan perut

Memang tak ada batasnya,

Terus mengunyah dan

Menggiling apa saja yang

Dimasukkan ke dalamnya!


Tak pernah hendak berhenti,

Tak ingin mandeg sendiri,

Bahkan sampah serapah pun

Melenggang luncur ke ujungnya!


Oh, betapa diri ini, 

Sudah waktunya dijebak kemacetan, 

Agar mawas dan waspada,

Agar melaju pelan,

Awas spion kiri kanan,

Injak gas, kopling dan rem tangan!


Hidup tak hanya bicara

Cepat-cepatan tiba,

Siapa lebih dulu sampai,

Dan mengeruk sebanyak mungkin

Gudang penyimpanan pangan!!


Hidup adalah juga bicara

Keterbatasan dan jaga jarak aman,

Agar seluruh perlintasan aman

Meski tak terpasang palang


Saya sepakat dengan NH Dini,

Tak perlu buru-buru menemu

Puncak biru di antara

Langit dan gunung,

Sebab masih banyak tanjakan

Licin dan jurang tajam

Di sekeliling hidup manusia!!


Cikini, Desember 2023

Comments