BUDUY PUSTAKA, PROGRAM KJN KALIMANTAN UTARA TUMBUHKAN BUDAYA LITERASI | BERITA | KJN | AMBAU.ID | ZONA LITERASI
TARAKAN - Kalimantan Utara sebagai provinsi baru dan muda di Indonesia. Kawasannya terdiri dari daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Punya banyak tantangan dan peluang termasuk tantangan pengembangan sumber daya manusia.
Perlu peran aktif banyak pihak untuk membangun pendidikan dan kebudayaan di kawasan khususnya melalui budaya literasi. Banyak hal harus dilakukan misalnya pengadaan bahan bacaan, memperbanyak taman bacaan masyarakat, meningkatkan variasi dan inspirasi literasi, dan terus mendorong tumbuhnya semangat kerelawanan dan pengorbanan.
Salah satu program yang sudah bertahun-tahun dilakukan untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi di daerah 3T ialah Buduy Pustaka. Kegiatannya untuk menumbuhkan semangat kerelawanan anak muda dan juga inspirasi bagi anak-anak di pedalaman dan perbatasan. "Buduy berasal dari bahasa Dayak Agabag yang memiliki arti keranjang, " cerita Rizka, Sekretaris Komunitas Jendela Nusantara (KJN), pelopor gerakan literasi di Kalimantan Utara.
Rizka menceritakan, keranjang terbuat dari rotan. Guna untuk menampung hasil sayur-mayur dari ladang untuk dibawah pulang ke rumah. Sementara pustaka menurut KBBI memiliki arti kitab atau buku. "Buduy Pustaka bisa diartikan Keranjang Buku, " tambah Rizka yang juga Cerpenis Muda dari Kota Tarakan.
Buduy Pustaka sendiri sebagai program kerja Komunitas Jendela Nusantara dilakukan setiap 2 minggu sekali. "Jika orang-orang di desa menggunakan Buduy sebagai alat tampung sayur-mayur dan umbi-umbian. Kami di Komunitas Jendela Nusantara menggunakannya untuk menampung buku, " kisah Rizka, Sarjana Pendidikan dari Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Borneo Tarakan.
Menurut penulis cerpen literasi tersebut, banyak buku sumbangan masyarakat yang sudah disalurkan untuk taman bacaan di pedalaman. "Ada buku bacaan anak-anak, seperti buku dongeng, buku islami dan buku pengetahuan lainnya, " ungkap Rizka yang sudah bertahun-tahun menjadi relawan literasi sejak masih berstatus mahasiswa.
Dijelaskan Rizka, kegiatan Buduy Pustaka ini kami lakukan di sekolah-sekolah. Di daerah pesisir pantai. Di pinggiran jauh kota. Dan juga sebagian di tengah-tengah kota yang merupakan kawasan tertinggal. Peserta yang mengikuti kegiatan tersebut dari anak-anak, hingga usia remaja. "Mereka sasaran dari kegiatan Buduy Pustaka ini, " ujar Rizka yang beberapa kali ikut tour literasi hingga ke hulu sungai Sesayap dekat Serawak Malaysia.
Terbaru, Komunitas Jendela Nusantara melakukan kegiatan Buduy Pustaka berlokasi di Sebengkok Pelayaran RT. 14 Tarakan Tengah. Kota Tarakan.
Rizka bercerita, "Sebelum melakukan kegiatan ini, seperti biasa. Kami meminta izin lokasi untuk melakukan kegiatan ini kepada ketua RT 14 sebengkok pelayaran, " Menurutnya respon masyarakat sangat baik. Ketua RT 14 sebengkok pelayaran dengan senang hati memberikan izin. Hingga Buduy Pustaka dapat digelar Ahad, 5 Juni 2022. Tepatnya pukul 16:00 WITA.
"Kami melakukan kegiatan Buduy Pustaka di sore hari. Mengingat jam itu juga merupakan jam bermain bagi anak-anak, " jelas Rizka yang juga pernah mengikuti Magang Penggiat Literasi Nasional yang diadakan PMK Kemendikbud Tahun 2021. Rizka menyatajna, ada 2 keranjang buku yang digendong di pundak. Disambut semangat anak-anak Sebengkok Pelayaran.
Buduy Pustaka kali ini dimulai dengan senam. Senam Maumere gemu fa mi re yang dipandu oleh Kak Adha dan Kak Nuhan. Selaku relawan Komunitas Jendela Nusantara.
Tak hanya anak-anak. Masyarakat Sebengkok Pelayaran seperti bapak-bapak dan ibu-ibu juga ikut andil dalam senam. "Lama tak senam mbak" kata seorang ibu beranak 1.
Lantas dilanjutkan Senam baby shark dan senam goyang chicken. Dipandu oleh Kak Ikha, Kak Lili, dan Kak Tri selaku relawan Komunitas Jendela Nusantara. Dan dibantu dengan relawan-relawan tercinta lainnya.
Setelah senam, kegiatan selanjutnya yaitu membaca dongeng. Buku bacaan yang berjudul "Garam Gunung" yang ditulis oleh Kak Dedy. Kak Dedy Apriansyah juga salah satu relawan KJN Kaltara. Dan ditulis oleh Kak Stephanie Valentine. Cerita dibacakan oleh kak Nuhan di depan semua anak-anak yang ada.
Setelah selesai membacakan buku bacaan yang berjudul "Garam Gunung". Tak lupa Kak Nuhan memberikan hadiah (reward) kepada anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan.
"Siapa yang bisa menceritakan kembali cerita dari garam gunung yang Kak Nuhan bacakan tadi.?" seru Kak Nuhan.
Banyak anak-anak mengacungkan jari telunjuk. "Saya, Kak... Saya, Kak.. saya juga, Kak.." Semua anak mengangkat tangannya. Baik dari yang kecil hingga yang besar.
Tiga anak pertama yang maju. Ada yang menceritakan dengan benar dari awal sampai akhir. Ada juga yang membacakan setengah dari kisah garam gunung. Dan ada yang lupa akan kisah garam gunung.
Tapi tidak menjadi masalah. Semua anak yang maju akan mendapatkan hadiah. Atas keberaniannya mengangkat tangan dan maju berdiri di hadapan teman-temannya.
Dan semua anak yang mendengarkan kisah "garam gunung" juga mendapatkan hadiah. Agar tidak ada anak-anak yang kecewa. Karena salah satu temannya mendapatkan hadiah. (Rizka | ambau.id | zona literasi)
Akhir kegiatan. Kami tutup dengan berdoa. Dan foto bersama dengan anak-anak dan warga sekitar.
"Kak.. Minggu depan lagi yah kembali kak"
"Iyah kak, Minggu depan lagi yah kak. Kami tunggu" ucap anak-anak, untuk mengingatkan kami agar kembali ke tempat itu.
Comments
Post a Comment