KRISIS KORUPSI DALAM CERPEN RISAU KIAI MASTUHU



Oleh Thia Nanda Sari,  Sembakung, Nunukan
KRISIS KORUPSI DALAM CERPEN RISAU KIAI MASTUHU

    Dalam cerpen Risau Kiai Mastuhu dalam buku cerpen Ustadz Misterius karya Sastrawan Kalimantan Utara Muhammad Thobroni ni mengisahkan seorang Kiai Mastuhu yang merasakan kerisauan didalam hatinya terhadap menantu satu-satunya yang bernama Basyar. Pada saat itu ketika Basyar datang bersama orang tuanya untuk melamar Anisa, Kiai Mastuhu seperti sudah melihat “ngalamat”. Ngamat sendiri merupakan tanda-tanda yang hanya ditemukan dan diperoleh orang-orang seperti Kiai Mastuhu, yang memiliki tradisi ritual dan spiritual cukup mumpuni. Meskipun begitu Kiai Mastuhu tidak ingin disebut sebagai orang tua konservatif (kolot), apalagi posisinya sebagai seorang Kiai pastilah tuduhan tersebut kian kencang terhadap dirinya. Oleh karena itu, atas persetujuan istrinya Kiai Mastuhu juga merestui pernikahan anaknya Anisa dengan Basyar.
     Sejak dulu Kiai sepuh dari sebuah pesantren terkenal di lereng merapi itu kurang suka anak-anak dari kampus. Namun, saat itu Basyar sudah lulus dari jurusan politik. Basyar dikenal sebagai orang yang cukup cerdas, selain berkemampuan akademik cukup tinggi, ia juga populer dikalangan mahasiswa. Basyar pun menikahi Ning Anisa, pernikahan mereka disambut hangat dan bahkan gegap gempita, banyak media menjadikannya berita. Bahkan, tayangan infotainment tak luput mengangkat momentum pernikahan Basyar-Anisa, sembari menambahkan bumbu gosip. Konon, menurut presenter infotainment itu Basyar dikenal sebagai Don Juan di kampus (menurut Wikipedia Don Juan merupakan istilah untuk seorang laki-laki yang handal dalam menaklukan banyak wanita lalu melakukan hubungan seksual dengan para wanita tersebut). namun, hal tersebut dibantah oleh Ning Anis. Ning Anis mengonfirmasi bahwa hal tesebut hanyalah issu semata dan menggapnya sebagai fitnah.



   Seluruh warga pesantren ikut gembira melihat peenikahan mereka. Apalagi baru setahun menjadi warga pesantren Basyar sudah bisa mendatangkan seorang menteri dalam acara Khaul Kiai Dalhiri, kakek Anisa. Dan meninggalkan dana milyaran rupiah, semua warga pesatren ikut gembira dengan hal tersebut. namun, berbeda dengan Kiai Mastuhu, ia mulai merasa risau, hati kecilnya ingin menolak namun pesantren juga membutuhkan dana yang cukup besar. Keberhasilan Basyar mendatangkan menteri dilanjutkan dengan kejutan-kejutan lainnya, Basyar ditunjuk dan diangkat sebagai seorang anggota Komisi Pemilihan Bupati (KPB), selain itu Basyar juga diminta menjadi Kepala Dewan Pakar disebuah Parpol besar. Posisi Basyar sebagai Kepala Dewan Pakar akan semakin menggelumbung pundi-pundi uangnya.
Mendengar hal tersebut Kiai mastuhu semakin gelisah, gundah gulana, risau jiwanya. Perubahan prilaku Kiai Mastuhu semakin terlihat akhir-akhir ini, beberapa jamaah dan para santri pun ikut gelisah melihat perubahan yang terjadi pada Kiai Mastuhu. Kemudian tujuh hari setelah perubahan Kiai Mastuhu , seluruh warga pesantren dikumpulkan, beserta jamaah yang berada disekitar pesantren. Dengan muka tampak tegang namun Kiai Mastuhu tetap berusaha senyum. Kiai Mastuhu menyampaikan bahwa dengan perubahan yang terjadi padanya akhir-akhir ini ia sendiri memang sedang risau. Meski “ngalamat” itu masih samar-samar tetapi sudah mulai jelas. Mudah-mudahan petang ini setelah kalian sampai dikamar dan rumah masing-masing “ngalamat” itu telah tampak jelas. Saya hanya berpesan kalian jangan terkejut apalagi marah-marah karena semua yang terjadi adalah kesalahan diri kita masing-masing. Setelah mendengar pesan dari Kiai Mastuhu seluruh warga pesantren pun kembali ketempat masing-masing. Setelah sampai ditempat masing-masing mereka memang dihadapkan berita yang mengejutkan. Televisi dan radio petang itu mengungkapkan seorang tokoh parpol ditangkap Komisi Anti Korupsi, seluruh tubuh warga pesantren berkeringat, karena suasana pesantren tiba-tiba panas. Bukan karena kemarau datang, tapi suhu berubah panas gara-gara penangkapan Basyar oleh Komisi Anti Korupsi. Pikir warga pesantren apakah ini “ngalamat” yang disampaikan oleh Kiai Mastuhu?


     Persoalan sosial yang diungkap dalam cerpen ini telah banyak terjadi dimasyarakat terkhusunya di Indonesia. Kecerdasan maupun  berpendidikan tinggi tidaklah menjamin moral yang baik. Tindakan korupsi merupakan perbuatan yang tak bermoral, kebejatan, kerusakan, ketidakjujuran serta kecurangan yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat yang kekurangan. Tindakan korupsi ini menjadikan orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin. Inilah cerminan para penguasa di negeri kita tercinta indonesia saat ini, orang-orang yang berkuasa lebih mementingkan urusan pribadi dan golongannya dibandingkan mengurus rakyatnya.


     Menurut ( KOMPAS.com ) Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rajardjo mengatakan, pertumbuhan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di indonesia paling tinggi dibandingkan Negara-negara lain di dunia. Agus juga membandingkan Pertumbuhan IPK Indonesia dengan IPK Negara lain yang memiliki karakter jumlah penduduk yang tinggi, seperti Vietnam, Argentina, Brazil, Thailand Nigeria dan China. Indonesia mengalami peningkatan skor sebanyak 17 poin, Vietnam sebanyak 10 poin, Argentina sebanyak 9 poin, dan Nigeria 8 poin. Sedangkan China yang memiliki jumlah penduduk cukup besar kabarnya menerapkan hukuman mati pun naiknya sekitar 6 poin.

    Seperti yang terlihat sekarang ini, indonesia sedang dalam krisis kejujuran, krisis amanah, krisis orang-orang jujur , pemimpin yang adil dan berpihak pada rakyat sulit ditemukan. Korupsi harus segera diberantas, karena jika tidak! yang kena imbasnya adalah rakyat-rakyat kecil. Indonesia harus meningkatkan pendidikan moralitas bagi para pemimpin supaya punya kepribadian baik dalam bertugas berharap jika korupsi itu diberantas dan keadilan lebih ditonjolkan tentu saja indonesia menjadi Negara maju, tentram dan sejahtera. Harapannya buat para pemimpin berikanlah hukuman yang seberat-beratnya bagi para pelaku koruptor agar terdapat efek jera bagi mereka.

PESAN MORAL
    Pesan moral yang terdapat di dalam carpen ini yaitu Secerdas apapun kita, seberapa banyak uang yang kita miliki, setinggi apapun jabatan kita, selalu ingat bahwasanya semua itu hanya titipan, hendaknya sebagai manusia kita selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Semakin serakah manusia maka semakin lenyap juga yang dimilikinya.

Thia Nanda Sari, tinggal di  Sembakung, Nunukan

#kaltaramembaca
#kaltarabersastra
#ubtjaya

Comments