MASALAH SOSIAL DALAM CERPEN "SEORANG GADIS BERDOA DI PINGGIR KALI" KARYA MUHAMMAD THOBRONI




Oleh Veronika Yuliana Ina Asan Lotariawale - Tarakan,  Kalimantan Utara

MASALAH SOSIAL DALAM CERPEN "SEORANG GADIS BERDOA DI PINGGIR KALI" KARYA MUHAMMAD THOBRONI



Cerita “Seorang Gadis Berdoa Di Pinggir Kali” terdapat pada buku  Cerpen Ustadz Misterius karya Muhammad Thobroni (2018), seorang sastrawan Kalimantan Utara yang menceritakan tentang seorang gadis yang hidup dalam kesepian, hidup dalam kesendirian, seorang gadis yang sangat merindukan Tuhan, seorang gadis yang menghabiskan hidupnya dengan hanya berdoa kepada Tuhan. Tujuan dari gadis tersebut adalah ingin melihat Tuhan yang selalu disembahnya itu. Gadis itu tidak berdoa di gereja, masjid, kuil ataupun wihara sebagaimana pada umumnya, Ia lebih memilih untuk berdoa di pinggir kali. Tiada hari tanpa berdoa dan menunggu Tuhan yang di sembah itu. Gadis itu terus berdoa sampai hingga bertemu dengan Tuhan yaitu dalam wujud ibunya yang sangat Ia rindukan selama ini, Ia terus berdoa di pinggir kali karena tempat itu yang sering datangin dahulu bersama dengan ibunya.

Persoalan hidup atau masalah sosial yang di ungkapkan dalam cerpen tersebut adalah  seorang anak yang sangat merindukan seseorang dalam hidupnya, sehingga ketika ia merindukan masa-masa bahagianya itu ia lebih memilih pergi ketempat di mana ia bisa menemukan senyuman dan sedikit kebahagian dalam hidupnya. Sekalipun ia tidak merasa aneh dalam hidupnya, mengapa ia tidak melakukan hal atau pekerjaan lain yang membuat dirinya senang seperti pergi ketempat yang lebih ramai?. Tetapi gadis itu lebih memilih pergi ketempat sepih, ia lebih memilih menyendiri lalu berdoa mencurahkan isi hatinya sampai mengeluarkan sesak di dadanya. Dalam keadaan lapar, haus maupun sakit gadis itu tetap berdiri di pinggir kali, Ia terus berdoa dan memohon belas kasihan dari Tuhan agar ia bisa di beri makanan, minuman dan obat penyembuh rasa sakitnya.
Seberat apapun masalah yang menimpa kita, kita bisa menghadapinya, harus bisa tersenyum, harus bisa bangkit dari keterpurukan dan mampu menciptakan suatu hal yang baru dalam hidup kita yang lebih bernilai positif.
Kita boleh sedih, kecewa, sakit hati karena itu memang sifat manusiawi akan tetapi jangan terlalu larut dalam kesedihan. Ambil hikmahnya saja dan buang sisi negatifnya.
Kita harus bisa berbaur dengan masyarakat agar kita bisa melawan rasa kesedihan dan kesendirian kita.

Sebagai manusia yang rapuh pasti memiliki banyak persoalan dalam hidup dan tentunya membuat suasana hati kita terus berubah dari waktu ke waktu. Sedih, senang, bahagia, suka duka adalah sifat manusiawi. Apalagi masalah tentang kehilangan orang yang sangat-sangat kita cintai pasti membuat kita sangat terpukul dan merasa sedih. Tetapi bagaimanapun juga kita harus bisa banggkit kembali dari keterpurukan itu. Terus brdamai dengan hati, berdoa dan beryukur kepada Tuhan kita bisa melewati masa-masa sulit seperti itu.

Amanat atau pesan yang dapat kita ambil dalam cerpen “Seorang Gadis Menangis di Pinggir Kali” adalah bahwa ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita, kita harus bisa tetap tegar, tetap kuat. Kita boleh merasa sedih bahkan kita bisa syok namun jangan terlalu larut dalam kesedihan. Ambil sisi positifnya dan buang sisi negatifnya, jadikanlah itu sebagai suatu pengalaman, jadikan sebagai pelajaran dalam hidupmu. Ingatlah kita masih punya Tuhan yang selalu bersama kita.


Veronika Yial, penulis tinggal di Tarakan, Kalimantan Utara

#FakultasKeguruandanIlmuPendidikan
#JurusanPendidikanBahasadanSastraIndonesia
#UniversitasBorneoTarakan

Comments