KISAH LITERASI DAN AKUNTANSI




Oleh Djoko Saryono, Staf Ahli Kemendikbud RI, Guru Besar Universitas Negeri Malang dan Pembina Literasi Nasional


KISAH LITERASI DAN AKUNTANSI

Literasi dan akuntansi laksana sepasang kekasih yang lahir dan mengada bersama (koeksistensi), yang kemudian terpisah jauh di padang belantara kebudayaan karena divergensi dan spesialisasi pengetahuan.

Telah amat lama kita terbiasa memisahkan, memandang terpisah literasi dengan akuntansi. Sekarang keduanya dipandang sebagai gugusan disiplin berbeda: literasi bernaung di ruang keilmuan budaya dan ekonomi khususnya akuntansi bernaung di ruang keilmuan ekonomi. Padahal dahulu literasi dan akuntansi ibarat bayi kembar yang lahir di dunia kebudayaan dan peradaban. Sebab itu, menautkan literasi dengan akuntansi  sesungguhnya berarti memulangkan akuntansi ke rahim asalinya; atau sebaliknya memulangkan literasi kepada rahimnya. Begitu juga menggabungkan atau menyatukan istilah literasi dengan akuntansi menjadi frasa literasi akuntansi berarti meneguhkan kembali susur galur atau pohon sejarah literasi dan akuntansi.

Dalam sebuah buku tentang sejarah umat manusia, yang mengesankan atau menyentak karena provokatif, berjudul A Brief History of Humankind: Sapiens (Penguin Random House Company, 2014), sejarahwan muda kondang Yuval Noah Harari bersaksi bahwa pertama kali aksara tidak ditemukan dan dipakai oleh para pemikir besar, pendiri agama, penakluk dunia dan kaisar, melainkan seorang akuntan di Sumeria bernama Kushim atau Kasim. Dalam sejarah sistem tulisan yang pertama kali dikembangkan oleh bangsa Sumeria lebih 5000 tahun lampau, ternyata pesan tertulis (baca: aksara) pada mulanya bukan untuk menyampaikan kearifan, keindahan, dan atau keagungan Tuhan dan semesta alam, melainkan untuk mencatat hasil panen dan utang piutang. Ini memperlihatkan cikal bakal bahasa tertulis khususnya aksara dilahirkan oleh akuntansi, bukan agama, susastra, dan ilmu pengetahuan, apalagi kekuasaan politik. Karena itu, secara tentatif boleh dikatakan bahwa akuntansi merupakan induk literasi; atau boleh juga dikatakan bahwa literasi merupakan induk akuntansi.

Di balik kegiatan mencatat hasil panen dan utang piutang khususnya kegiatan mencatat yang dilakukan oleh Kasim tersebut bersemayam kesadaran akan pentingnya mencatat hasil panen dan utang piutang [dengan menggunakan aksara dan angka] sehingga diperoleh kestabilan, kepastian, dan keawetan catatan hasil panen dan utang-piutang pada satu sisi dan pada sisi lain didapat keterbukaan dan kemudahan orang lain mengetahui catatan hasil panen dan utang-piutang. Di situ terdapat tiga pokok pikiran penting, yaitu (1) kesadaran, (2) menulis [baca: mencatat], dan (3) membaca [memahami catatan] hasil panen dan utang-piutang. Dari sini bisa dikatakan bahwa pada mulanya literasi akuntansi bermakna kesadaran akan informasi akuntansi yang dilandasi oleh tulisan/bacaan yang berisi informasi akuntansi pada satu sisi dan pada sisi lain dilandasi oleh kegiatan [mem]baca-[men]tulis tentang informasi.

Kendati tak berganti ruh atau substansi, lambat laun konsep literasi akuntansi tersebut meluas atau mengembang seiring dengan perkembangan pemikiran, gagasan, praktik, dan pengkajian literasi (boleh dibaca: teori, praksis, dan studi literasi) pada umumnya dan perkembangan teori dan praksis akuntansi khususnya. Serturut berbagai konsep literasi yang telah ada, secara ringkas sekarang dapat dikatakan bahwa literasi akuntasi adalah kesadaran radikal (baca: mendasar), kritis, dan atau kreatif tentang informasi-informasi akuntasi, yang disangga oleh tradisi dan kebiasaan membaca dan menulis tentang informasi-informasi akuntasi. Kesadaran radikal, kritis, dan atau kreatif tentang informasi akuntansi penting dikuasai oleh setiap manusia (bukan hanya para akuntan, melainkan juga masyarakat pada umumnya) agar mereka memiliki pilihan-pilihan dan peluang-peluang yang sesuai dengan hati nurani atau jalan hidup mereka dan arah hidup yang mereka tuju; tidak terombang-ambing sebagai objek ekonomi/akuntansi atau bahkan sasaran pasar dan komoditas ekonomi/akuntansi yang tidak mereka kehendaki.

Comments

  1. Terima kasih literasinya bapak, telah memberikan pencerahan bagi saya tentang (literasi) akuntansi yang saya pahami selama ini

    ReplyDelete

Post a Comment