SYUMAN SAEHA, GELIAT CEKAT SASTRAWAN MANDAR



Sastra Indonesia bergeliat cekat di Polewali Mandar, Sulawesi Barat.  Kawasan yang lebih dikenal sebagai mandar itu kini banyak dikenal melahirkan karya sastra dan sastrawan kreatif produktif. Salah satunya digerakkan oleh sastrawan eksentrik Syuman Syaeha.
Dia lahir 17 Agustus 1975. Di Lelupang Desa Lampoko Kecamatan Campalagian. Tempat kelahirannya itu selayaknya disebut rantuan belaka, seperti hanya disinggahi selama kurang lebih 15 Tahun. Sebab Tahun 1990, kemudian ditinggalkan. Lalu hijrah dan bermukim di Bala (desa) Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat sampai sekarang. Menikah dengan gadis Galeso, Nurhani Nurdin 2014, dan dikaruniai anak Pangrita Palogai.

Pada Tahun 1984, hanya karna sebuah kenakalan yang melibatkan perkelahian sesama kelas di Sekolah Dasar (SD). Membuat dia bersitegas untuk keluar dari sekolah, itupun karna menghindari hukuman. Anak kelima dari sebelas bersaudara ini kemudian mengambil keputusan untuk belajar mengembala sapi dan menggarap sawah sampai Tahun 1988 di tanah Bugis. (pinrang) Niat ini diluluskan semata ingin membantu penghasilan Ibunya (PASA) sebagai penenun sutra dan Bapaknya (SAEHA) yang tukang photo.

Bukan cuman itu. Pulang dari rantauan sebagai pengembala, alih alih melanjutkan sekolahnya yang tertunda di kelas III SD. malah asyik menjadi peladang, menanam jagung, mangga dan kakao walau itu tak berlangsung lama. Sebeb kemarau panjang kemudian menyeretnya untuk turun ke laut menjala ikan sebagai nelayan. Semua itu permah dijadikan pekerjaan, sebagaimana juga buruh bangunan hingga tukang batu.

Sebenarnyalah kalau ditarik garis batas antara hidup berdaya jadi, dengan berdaya asal jadi, tak susah sangat. Sebab yang terpenting dalam hal ini adalah tindakan. Sebuah keputusan untuk memilih arah hidup, dan itu terjadi Tahun 2003. Setelah mengenal dunia seni panggung. (teater) Berkat kelembutan tangan Muh. Radi Rahman, Syuman remaja bermain drama untuk kali pertama bersama kelompok RAMESWARPOL yang dipimpinnya Tahun 1998.

Pada Tahun yang sama (1998 sampai 2003) Adil Tambono, mengajaknya bergabung di Sanggar Layonga Mandar yang diasuh Duddin Dower. Tak cukup hanya dengan itu, ia juga mengembangkan bakat seninya bersama Amru Sa’dong di Teater Flamboyant selama kurang lebih dua Tahun, tepatnya tahun 1999 sampai 2001. Bersama teman-teman sejawat mendirikan Organisasi BONEK (bondo nekat) di desanya (bala) Tahun 2000. Kemudian dipercaya menjabat ketua masa bakti 2000-2001. Semua itu dia jalani demi untuk bermain teater. Bersama Hendra Djafar, mendirikan Teater Palatto Tahun (2003) yang kemudian melibatkan Abdul Hakim Pariwalino sebagai orang penting di komunitas ini. Menjadi ketua Teater Palatto, sejak komunitas berdiri sampai sekarang. Tahun 2006-2009 menjadi salah seorang penggiat Komunitas Sastra dan Teater (KOSASTER) SIIN di Universitas Al – Asyariah Mandar (Unasman). Setahun kemudian (2010) Bersama Azikin Noer (alm) juga Abdul Hakim Pariwalino dan Hendra Djafar, mendirikan Padepokan Sastra Mpu Tantular Menggugat Mandar, di Polewali dan Pendopo Sastra Kappoeng Jawa, di Wonomulyo.

Di Tahun inilah, (2003) dia jatuh cinta pada teater bukan alang kepalang, hingga dengan sangat tegas meninggalkan banyak aktifitas yang menghidupinya demi dunia kesenian yang satu ini. Tak ketinggalan dunia tulis menulis juga turut dirambah secara serius. Sejak tahun 1990 Syuman Saeha, sudah menulis puisi. Belakangan juga mulai menulis cerita pendek dan naskah lakon, antara lain.  Rantai, (2001) Kembali,(2003) Mejitta, (2006) Anos, (2016) dll.

Puisi-puisinya pertama kali dipublikasin tahun 2007. Menyusul cerpen di media cetak, antara lain. Radar Sulbar, Rakyat Sulbar, Polman Expres dan di berbagi media cetak di Sulawesi Barat. Juga beberapa media Online. Karyanya yang sudah dibukukan. INTEROGASI, Kumpulan (bersama) Cerpen. Oase Pustaka. Surakarta, 2015. REQUIEM TERAKHIR Kumpulan (bersama) Puisi Terbaik Oase Pustaka. Surakarta, 2016. Sebagai Tim Penyusun KUMPULAN CERITA RAKYAT, SELAWESI BARAT, Interlude. Yogyakarta, 2016. Antologi (tunggal) Puisi, Bayi Langit, Interlude. Yogyakarta, 2016.

Syuman Saeha, juga pernah dihargai sebagai juara I Lomba Cipta Puisi Kebangsaan se Selawesi Barat secara berturut-turut, tahun 2012-2013. Sebagai penulis, 20 Cerpen Terbaik. Pada lomba menulis cerpen Oase Pustaka. Surakarta, 2015. Mendapat juara III, Lomba Cipta Puisi. Oase Pustaka. Surakarta, 2016.
Adapun acara yang pernah diikuti adalah Palu Indonesia Dance From (2001) Stigma dan Workshop Keaktoran bersama Putu Wijaya (2009) Sita dan Workshop Teater bersama Imam Saleh dan Asmadi Alimuddin (2010).

Menyutradarai banyak pertunjukan antara lain, MATA RODA. Adaptasi TRANSISI. karya Duddin Dower. (pentas Sanggar Layonga. Tinambung, 1999). AWAL DARI SEBUAH AKHIR. Ditulis Syuman Saeha bersama Hendra Djafar. (malam sejuta aspirasi Bonek. Bala, 2000). KEMBALI, Karya Syuman Saeha. Teater Palatto. (Panggung demokrasi. Wonomulyo, 2003) SKETSA MANDAR. Karya Nur Dahlan Jirana. (pentas keliling Kosaster SIIN. Majene, Campalagian, Polewali, 2006) PERKAWINAN. Karya Nicolas Gogolk. Kosaster SIIN. (Festival Teater Mahasiswa Indonesia. FTMI. Makassar, 2006) PETANG DI TAMAN. Karya Iwan Simatupang. Teater Palatto. (Temu teater lima group. Mamuju, 2007) BUNGA DESA. Karya R. Suradji D. Kosaster SIIN. (Festival Teater Mahasiswa Indonesia. FTMI. Palopo, 2009) DEMOKRASI. Karya (monolog) Putu Wijaya. Kosaster SIIN. (STIGMA. Makassar, 2009). CERITA KAKEK. Karya Syuman Saeha. PMII. (Pagelaran Seni. Polewali Mandar, 2012). KAKEK DAN KOAYANG. Karya syuman Seaha. Darputri. (Pagelaran Seni. Polewali Mandar, 2013). DUA TOKOH PEJUANG MANDAR. Karya Syuman Saeha. Muqim Patappuloe. (Pagelaran seni. Polewali Mandar, 2014). KOAYANG. Karya Ambru Sa’dong. Teater Flamboyant. (Gedung Kesenian Jakarta dan satu panggung Kenduri Cinta, Emha Ainun Najib. Taman Ismail Marsuki, 2014). ROBONYA SURAU KAMI. Karya AA. Navis. SMK Negeri I Paku. (Gerakan Seniman Masuk Sekolah. GSMS. 2017). MENGGULUNG LAYAR. Karya Anggi Valentinata Goenadi. SMA Negeri I Campalagian. (Gerakan Seniman Masuk Sekolah. GSMS. 2018). ANOS. Karya Syuman Saeha. (pentas tunggal Teater Palatto. Polewali Mandar, 2018).

Selain tahun 2003, yang sangat berkesan, bagi Syuman Saeha, tahun 2011, juga menjadi hal kedua yang terpenting. Sebab di tahun ini, selama perantauannya di muka bumi. Dia banyak bertemu orang-orang cerdas lagi bijak, terutama pada pertemuannya dengan penyair Riki Dhamparan Putra. Persuaannya, meski sangat singkat dengan penyair Riki Dhamparan Putra. Membuat dia seperti melahirkan dirinya kembali dalam rahim perpuisian. Boleh dibilang sesingkat mempertemukan dua jenis kelamin yang berbeda namun sanggup membuahkan benih. (ambau/zum)

Comments