MENUNGGU WAKTU: PUISI ANTO NARASOMA, PALEMBANG





(* Isbedy Stiawan)

belum satu pun bayangan tiba pada malammalam tempatmu menanti. seperti desau angin dan sepi malam, hanya cahaya kedap kedip mengusap wajah

gitar yang tergolek sejak kepergianmu tanpa suara, menyenandungkan sunyi di akhir janji ini. aku membakar kayu  mengusir dingin di antara gelap tanpa wajahmu

lalu kukalungkan jenuh sebelum kau tiba di tikungan lorong itu. hanya rambutmu yang pirang mengilustrasi kerinduan malam

dari sejak awal menantikan janji, tiap kata hati telah berulangkali kutepikan dekat perapian itu. hanya lembaran buku  puisi kita mengucap luka ketika desau angin membuka satusatu senar gitar yang berdenting dalam nada

kubuka lagi waktu dalam arloji. karena dalam sepi malam, kau raib ke dalam cerita sajak percintaan yang terbit lima tahun lalu.

Tirta Bening, November 2018

Comments