PENYAIR PEREMPUAN FATIN HAMAMA PAPARKAN PUISI ESAI DI PANGGUNG PSN XIX TAHUN 2018



Ambau- Perkembangan zaman mutakhir yang telah memasuki revolusi industri memberikan tantangan kepada semua bidang kehidupan masyarakat rumpun nusantara di wilayah ASEAN seperti Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura, Thailand dan Filipina. Tantangan tersebut juga dialami dunia kebudayaan khususnya kesusastraan. Setiap negara memiliki cara yang berbeda dalam menyusun strategi menghadapi perkembangan zaman agar sastra dapat bertahan dalam era kekinian.
Fatin Hamama, penyair perempuan dari Indonesia menawarkan sebuah strategi kebudayaan dalam mengembangkan kesustraan di era Milenial yakni melalui komunitas puisi esai. Fatin memaparkan pentingnya mendorong puisi esai sebagai alternatif gerakan untuk mengatasi kebuntuan dunia sastra yang terancam serius di era Milenial. Hal itu disampaikan Fatin pada acara Pertemuan Sastrawan Nusantara XIX di Ballroom Hotel Seafest Semporna Sabah Malaysia (9/11).
"Puisi esai telah ditulis oleh ratusan penulis di seluruh provinsi di Indonesia dan menimbulkan kontroversi paling menarik dalam sejarah sastra Indonesia, " ujar Muhammad Thobroni, Sastrawan Kalimantan yang juga dosen di Universitas Norbech Tarakan (UBT)  yang turut mengikuti pemasaran tersebut.
Dalam pendapatannya, Fatin menyatakan bahwa puisi esai telah menjadi wadah estetis para penulis bahkan mereka yang bukan penyair pun ikut serta menyuarakan persoalan sosial budaya di sekitarnya lewat puisi esai. "Bahkan puisi esai saat ini sedang digagas sebagai alternatif pembelajaran kreatif kepada para siswa yang menghadapi kegamangan zaman. Puisi esai juga telah menjadi strategi diplomasi budaya melalui penulisan puisi esai aswan sehingga mengetatkan persatuan para penulis di ASEAN, " ujar Fatin optimis. (ambau.id)

Comments