KITAB KERINDUAN 23: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN



kekerasan terhadap ibu terjadi hari ini:
tubuhnya dibanting
kakinya ditendang
jiwanya diparang

anaknya yang belang
bulunya terbang
dijambakjambak puan
berhati radang

adiknya yang hitam
meraungraung serupa
sukoi lewat atap rumah
adu terbang di sawat

dan, bapak dari anakanak itu
semacam kekasih dari mimpi
yang sewaktuwaktu dapat berubah
jadi malaikat pencabut nyawa

di lahan kehidupan yang
tak seberapa
hidup dan kematian hanyalah
urut antri tak pernah kita duga

tapi luka pedih
akibat gores perih
dari tuan puan nirkasih

tak ada ikan asin
siang ini. dadar telor teronggok
meongmeong hilang dari siang
kehidupan mendadak berubah
jadi kesunyian

aduhai, rumputrumput ranggas
puringpuring layu tak kembang

ibu itu tertatih
setengah langkah
demi seperempat langkah
menahan tubuh renta
yang goyah dan kedua kaki
hampir lumpuh dihantam jadah

batang kersan mendadak
jadi saksi bisu atas penderitaan
bambubambu terdiam
menolak jadi saksi mata

pada suatu waktu
kita adalah manusia
tapi dalam hitung tanpa
kita menjadi iblis murka

suatu ketika
mungkin kita hanyalah gerombolan
maling yang mencuri
nyawa mereka yang tak kuasa
mencincang daging
memancung leher
dan menggantung paria
dengan kaki di atas
kepala di bawah
lantas dengan sorak horai
mayatnya kita tarik kuda

kita hanyalah tuan puan
yang pongah dengan kuasa
kumpau tak kenal tapal batas
bahkan tak peduli ambalat
gelombangnya surut dan pasang
kita hanyalah tuan puan
yang asyik dengan kenangan

apa makna rindu
bagi kehidupan serupa itu
kecuali gambar masa lalu
yang bagus dikubur dalamdalam
dan kita pasang gundukan tanpa nisan

agar kita tak terus
menerus merasa penting
merayakan raya dan sukan
sedangkan, jiran sedang terkapar
didera lapar

kerapkali kehidupan kita
hanya dibatasi kisah ibu
dengan kedua anaknya yang tak kuasa
bahkan sekadar meronta. bahkan hanya
disebabkan tai tercecer di wajah buruk yang
mulai membusuk.
untuk kebiadaban dan kebengisan
kadang kita bisa lebih kejam
tanpa alasan

2018

Comments