PUPUS: PUISI VIOLA MARSHA, RIAU



Terhitung empat hari sudah kita mengelandang rasa, bermain percikan api dan bunga asmara, tatapan yang kian binar, Hiruk pikuk buncahkan reksa yang bermain dalam dada.

Aku hanyut dalam lumatan hangat sentuhan bibirmu, erat pelukan yang enggan lepas menerawang dan bawa kita jauh ke dunia yang antah berantah, di mana hanya aku kamu yang mendiaminya

Di ambang sore, saat lembayung melambaikan daunnya, tersipu menyambut petang, langit dalam rona saga yang nyala, bias laut terpancar menitip pesan di langit, dia pergi tinggalkan semua kehangatan, semilir angin yang berhembus bekukan kembali dahaga yang luap ketika bersama mu.

Pupus, semua hangus dan hilang seketika, rabaan malam yang membawakan hitam ikut serta sembunyikan bayangmu yang asik cumbui pikiranku. Apa hendak daya, kita berada di antara belukar dan duri yang siap merajam, pasrah akan keadaan, hanya dalam mimpi jalan terang untuk kita bersama.

Sudahlah!
Buang saja imaji yang kukumpulkan, hanya setengah matang dalam godokan diksi-diksi sumbang, bermain pilu dan air mata cara termudah muntahkan segala pengharapan.

Telukkuantan, 03 oktober 2018
Tepian sunyi, cahaya pelangi senja by Viola Marsha

Comments