CINTA TUHAN DI PALU: PUISI NENENG HENDRIYANI, BOGOR



Bukan Tuhan murka hingga Palu menderita
Bukan Tuhan tak suka hingga Palu terkapar binasa
Sungguh, tengoklah ke sana
Di mihrab yang suci
Tuhan masih ada
Menyambutmu dengan senyum dan tangan terbuka
Memegang dahimu juga dada yang penuh luka Ia ada

Percayalah padaku
Tuhan sedang jatuh cinta pada Palu yang indah
Palu yang megah
Tuhan ingin bercengkerama
Memeluk jiwa-jiwa yang tenang
Menyambut sukma-sukma yang riang
Yang tlah lama rindu pulang

Tuhan tidak benci
Hingga kau seperti ini
Darah menetes di dahimu mencium dagu hingga bahu
Tenggelam rumahmu di tengah banjir lumpur yang ganas
Sungguh, Tuhan tidak benci

Lewat alam yang marah
Lewat alam yang gundah
Tuhan kasih tanda padamu
Betapa Ia mencintaimu

Ia hanya ingin kau berserah, pasrah
Hanya ingin melihatmu berlari mengejarnya di kala malam telah gelap sempurna
Ia tak ingin melihatmu masih bercengkerama
Di bibir pantai dengan baju terbuka
Menantang angin di bawah bulan yang menggantung di cakrawala

Sungguh, Ia mencintaimu
Ingin kau datang berbisik mesra di penghujung senja
Menikmati indahnya jingga bola raksasa di balik dinding mihrabnya

Sungguh, jangan kau salah sangka,
Tuhan tidak murka
Tuhan jatuh cinta
Pada Palu yang megah
Pada Palu yang indah

(Bogor, 01 Oktober 2018)

Comments