Negeri apa yang kutempati kini?
Ketika benci bersarang di dada, lalu mereka bebas pukuli orang semau hati. Tak peduli laki, atau perempuan, jika sudah nyata berseberangan, lalu boleh saja dibinasakan
diam-diam. Banci, sungguh banci!
Negeri apa yang kutempati kini?
Ketika sedih dan pedih mengunyah
meski saudara sendiri, tapi karena jalan kita berbeda lantas boleh saja kita tertawa gembira
dan berpesta dalam genangan airmata. Benci, sungguh kubenci!
Negeri apa yang kutempati kini?
Sungguh negeri apa ini?
Jika tak sewarna maka kau celaka
Jika tak sekufu maka kau hantu
Jika tak sekata maka kau binasa
Ah, Saudaraku...! Katakan padaku!
Katakanlah padaku yang terus saja bagai bocah gemar leloncatan kegirangan
di samping pejalan kaki pemegang roti
dan gulali. Tak tahu dunia luar
acap kali terbakar oleh mesiu kebencian
Katakan padaku, wahai Saudaraku...!
Jika kita tak sekutu maka hantukah aku?
Jika kita tak sewarna dan sekata binasakah aku dalam api celakamu?
Pontianak, 2 September 2018.
Comments
Post a Comment