Skip to main content

ambau.id

Search This Blog

Nomei: Puisi Muhammad Thobroni, Tarakan

on September 03, 2018

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Kuburu nomei
Hingga tumpas tugu batas
Hancur luluh
Menjelma air mata

Tumbang para penjaga

Malam tanpa kopi
Hanya laut tanpa
Nomei

2018

Puisi

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Comments

Post a Comment

Popular Posts

BELUM ADA PASANGAN CAPRES DAN CAWAPRES YANG FOKUS PADA MASALAH PENULIS DI INDONESIA

TARAKAN (2/10, ambau.id) - Peneliti Pendidikan dan Kebudayaan dari Universitas Borneo Tarakan, Muhammad Thobroni, menyayangkan belum ada pasangan bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacaeapres) yang fokus menawarkan kebijakan bidang penulis dan kepenulisan di Indonesia. Hal itu disampaikan Thobroni melalui releasenya kepada website Ambau.id kemarin petang. Menurut Thobroni, penulis di Indonesia jumlahnya ribuan. Mereka bermitra dengan industri kreatif seperti penerbitan, film, toko buku, jasa kurir, toko online, dan jutaan konsumen buku. "Meski tidak mengeluh dan kurang menyuarakan masalah pribadi, tidak sedikit para penulis menghadapi keadaan tidak kondusif. Ada yang sakit parah, anaknya butuh biaya sekolah, terjebak hutang, dan sebagainya," ujarnya mengingatkan. Sebagai subjek kebudayaan, penulis memiliki tugas dan tanggung jawab penting dalam pembangunan nasional dan mengawal arah peradaban bangsa hendak dibawa kemana. Tugas dan tanggung jawab

DI ANTARA KULITMU YANG BEKU: PUISI ANTO NARASOMA, PALEMBANG

tulisanku berjalan mencari langkah. ide-ide yang menggumpal bagai jerami, melihat-lihat kecantikanmu di alur kisah. beberapa lembar kata harus kuhapus dalam musim dingin di negerimu yang beku jadi salju. tiap kata yang melukis cerita hinggap di antara pokok-pokok cemara jalan abbey road. tiap langkah, tertulis wajah-wajah sejarah yang menuntun zebra cross ke dekat tembang tembang the beatles. berjalan kaki di sini sejumlah kata-kata menjadi sampul sedang kereta bawah tanah yang setia itu tersenyum di ruang kisahan lokasi underground. di balik sweater tebal yang menceritakan salju salju musim dingin, merangkum segala keputihan yang beku. London, Agustus 20014 ----------------------------- Puisi ini dirangkum dalam antologi puisi bersama Jurnalis Sumsel 2015 (ilustrasi world cams/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)

BANG SULE'S DEATH | SHORT STORY | MUHAMMAD THOBRONI | AMBAU.ID | ZONE OF LITERACY | KALIMANTAN | INDONESIA

Short Story by Muhammad Thobroni The skinny man's name is Sule. Because senior, we call him Bang Sule. His long hair is similar to the play Wiro Sableng The Ax Warrior of Fire Dragon 212. His body is tiny. However, a large duffel bag was slung across his back. We often wonder why he is so strong to carry a backpack that looks heavy. We also never understood what the true contents of the backpack were. Maybe it's a demonstration kit. Understandably, he is an activist on our campus. Niki, my classmate, idolizes her very much. Every time Bang Sule approached our crowd, Niki was the busiest. "Eh, look at Bang Sule, that's cool, right?" he pointed. Without hesitation, he immediately burst into laughter. Actually, Niki is not alone because there are many students who are infatuated with Bang Sule. You know, Bang Sule is an interesting person. It is not only unique in appearance. He is also friendly. A smile always grows on his lips. As a senior, he did not hesitate to

Powered by Blogger