AIR MATA PALU DAN DONGGALA: PUISI A RAHIM ELTARA, MATARAM



Sore berzikir, orang-orang histeris belarian
di antara gelegar liang lahat dan amuk badai
mencari perlindungan di mana suara serine memanggil

rumah dan gedung pasrah
mengakhiri riwayat
tiang-tiang kehilangan akar
lupa akan tanah leluhur
teriakan dan tangis lahir
dari mata kepiluan

Sore itu,
melahirkan jeritan ibu-ibu, yang
kehilangan buah hati
pilu tangis anak-anak  yang
kehilangan ibu bapak

jiwa-jiwa yang retak
yang kehilangan teduh rumah
yang kehilangan damai
yang kehilangan gelak tawa
hanya air mata bercerita darah

di bawah langit kedukaan
air mata terus berguguran
menyaksikan ruh-ruh
melayang ke langit, yang
tak sempat pamit

senja yang menangis
perkampunngan dan kota
menggelepar dalam genangan duka
hanyut dalam arus kepiluan

malam pun runtuh
perkampungan dan kota gerhana
kelam kotamu palu dan donggala
kelam pula jiwa-jiwa kami
suramnya nasip anak-anak piatu, yang
kehilangan asuhan
zikir dan doa tak pernah berhenti
beriring air mata

Sbw, 2018

Comments