BEDAH BUKU "CATATAN LAPAR DAN HAUS" UNGKAP PROSES KREATIF PENYAIR MUDA M NATA



Perjalanan hidup seorang penyair pada dasarnya adalah proses kreatif. Para penyair bergulat dan bergumul dengan realitas sosial dan realitas bathinnya sendiri. Dari pergulatan itulah ia menjumput kata-kata. Demikian diungkapkan sastrawan Kalimantan Utara Muhammad Thobroni, yang juga dosen Pengajaran Sastra di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Borneo Tarakan, pada Bedah Buku "Catatan Haus dan Lapar" karya M Nata (Kamis, 12/7). M Nata merupakan penyair muda dari Samarinda.
Menurut Thobroni, puisi-puisi karya M Nata menunjukkan potensi dan percaya dirinya sebagai penulis muda. "Luar biasa penyair muda ini. Masih muda tapi perjalanan hidupnya dilalui dari kota ke kota. Seperti sekarang ini, Nata melakukan perjalanan dari Samarinda ke Tarakan, berjumpa orang-orang baru, mendengar kisah-kisah baru, menemukan kosakata-kosakata baru. Perjalanan seorang penyair seperti ini bukan perjalanan biasa tapi ziarah kreatif yang dapat mematangkan puisi-puisinya," ujar Thobroni.
Menurut pembedah lain, Seniman Teater Tarakan Enny Asrinawati mengapresiasi puisi-puisi M Nata. "Sebagai anak muda saya salut Nata telah berani menerbitkan buku puisi. Ini bisa menjadi teladan bagi anak muda yang lain," ujar Pendiri Komunitas Lisan Tarakan tersebut.
Rahmadina, aktivis literasi dan mahasiswa s2 Universitas Negeri Malang (UM) membaca buku puisi Nata dengan sudut berbeda. "Bahasanya banyak yang frontal dan cenderung menabrak tabu. Mungkin bagi orang awam dianggap saru," ujar aktivis Komunitas Jendela Nusantara (KJN) Kalimantan Utara.
Mawardi, seniman muda Tarakan, menyatakan bahwa puisi M Nata mengandung keresahannya terhadap lingkungan. "Seperti kegelisahan terhadap orang lain atau lingkungan sosial," ungkap Mawardi.
M Nata, dalam bedah buku di Kedai Galeri Satu Tarakan tersebut, menyatakan bahwa ia menulis tanpa memikirkan untuk apa atau untuk alasan apa. "Menulis ya menulis saja. Terserah orang lain menilai seperti apa. Ini hanya catatan saja. Mau disebut puisi silakan. Mau disebut prosa ya silakan," tuturnya menceritakan proses kreatifnya. (ambau.id)

Comments