//1
sebelum matahari rebah
dan hidup kita menyerah
berkayuhlah,
susuri hati kampar kiri
ada piyau di kelokan sungai
asma penuh, tumpah terisi
dari dulu hingga kini
tempat jambat dan titian rumah
sepanjang kecipak sungai ramah
kumandangkan perintah kalimah
dengannya, tujuan kita arah
//2
gunung sahilan = istana kerinduan
rimbang baling = pohon kecintaan
:
selalu setia, harga diri jadi bernilai
menjamu marwah, tak selesai-selesai
saban hati, tak henti-henti
di situ, Tuhan masih
belum lagi menagih
//3
hei, ini negeri darussalam, tuan
gunung sahilan yang pernah tertelan
tempat hati selalu ucapkan salam
pada perjumpaan, pun perpisahan
kini, bubung istana terangkat ke permukaan
setelah ratusan tahun direndam keangkuhan
tak dapat ditegah, tak dapat ditahan
di sinilah kita, mengeja nama-nama
membolak-balik lembar-lembar cerita
;
ada taman bunga permaisuri raja-raja
ada hutan perawan, hati nan tertawan
juga mahkota intan dan kursi berlian
;
ada surau, adzan tak pernah payau
ada sajadah, ngaji dan puji-pujian
juga ustadz buya berwajah cahaya
dulu Tuhan pernah nitip
iman dan amalan-amalan
masih, belum dicuri bulian
MBoro, 2018
... . ...
NORHAM ABDUL WAHAB
Dulu dikenal juga dengan nama Norham Wahab. Alumni Fakultas Sastra (Sekarang FIB) UGM Yogyakarta ini lahir di Bengkalis, Riau. Buku kumpulan cerpennya “Ulat Perempuan Musa Rupat” diterbitkan Yayasan Sagang intermedia, Pekanbaru (Februari, 2018). Sedang buku puisi “Preman Simpang” diterbitkan TareSI Publisher, Jakarta (Mei, 2018). Menghilang cukup lama, jurnalis senior ini kini aktif di jalan dakwah wa tabligh, sambil menjalankan sejumlah perniagaan. Sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktu di sebuah desa kecil tidak jauh dari Gunung Lawu: Desa TeMboro, Kec. Karas, Kab. Magetan, Jawa Timur. ”Sebuah kampung idaman yang indah dan nyaman untuk beribadah dan berkarya,” katanya.
NORHAM ABDUL WAHAB
HP/WA : +62 811 751 800
E-mail : norhamabdulwahab@gmail.com
Ilustrasi suprizaltanjungsurau/ yuk klik iklannya
Comments
Post a Comment