SURAT KEBUDAYAAN UNTUK KEKASIH: PUISI PINTO JANIR, PADANG



Kekasih,
Kutulis surat ini malam-malam di sebuah kamar pengap
Aku tak tahu
apakah saat ini di langit masih ada bintang
mendung atau hanya gelap gulita
 jendela tak kubuka
angin nakal meneyelusup
mengirimkan jarum jarum sepi dari belantara yang tak kukenal

aku merokok banyak sekali
pada saat seperti ini aku sering kehilangan arti
memang begitu rasanya kalau aku lagi malas mengenang siapapun
tapi anehnya, kau rupanya tak termasuk dari siapapun itu
aku jadi latah menggumamkan namamu
padahal  aku sedang bergulat dengan fikiranku
terus terang kau adalah bayang-bayang yang tak jinak untuk dikenang

kekasih
aku pernah suka benar membayangkanmu
gadis manis yang bermain di taman
berayun dan bernyanyi dengan keindahan  masamasa remaja
dengan tolol kusimak nyanyian bisu itu
nyanyian yang sebenarnya tak pernah ada
kuikuti rentak tari kaki itu
tarian yang sebenarnya tak pernah hadir
aku lelah sendiri

kekasih
kupikirpikir bagaimana sebenarnya ini
kurang lucu
aku merasa telanjur dalam banyak hal padamu
gila
mestinya aku tak perlu kenal kamu
aku gagak
sedang kau merpati
aku hutan belantara
kau adalah taman bunga
aku adalah topan yang menggebugebu
sedang kau angin sepoi sepoi basa
jarimu terlalu halus untuk mengusap pundakku yang luka berkelasa
jadi, selayaknyalah kau bersapu tangan
sapulah debu di tanganmu; jangan aku

kekasih
 aku pernah suka benar bertemu denganmu
 tapi tidak dalam rindu
 karena rindu-rindu sudah dirampas orang
kekasih
aku sangat bangga
dan senang sekali mendengar kau bahagia
jalanlah terus kekasih
permadani merah terhampar di hadapanmu
mungkin ada dayang-dayang yang memegang jubah di belakangmu
ada payung panji bertahtakan permata
 kalau kita nanti bersua
 akulah lelaki berkuda
yang menabikkan salam di persimpangan itu
di pinggangku terselip sebuah pedang
tapi bukan untuk melukaimu
aku sedang berburu seperti hamlet
keluar dari kerajaan
di mana aku tak pernah merasa takluk

sebelum surat ini kusudahi
aku sudah tahu bahwa kau akan mengenyampingkan pertimbangan untuk membalasnya
kau anak manis yang tak boleh mengerutkan dahi
aku suka anak gadis manis bernasib baik seperti engkau
kalau dahimu bergaris dan itu dikarenakan surat yang sia-sia ini
alangkah sayangnya

kekasih
aku bahagia punya pengalaman bermimpi mencintai
aku bahagia
tataplah kaca etalase di depan matamu
wajahmu mebias mahal
kemudian agak sekali berpalinglah ke jendela
di sana orang berlalu lalang menyibakkan debu
salah seorang kaki yang berdebu itu mungkin saja kaki pengembara
tapi jelas
 dengan pasti aku tidak ada di situ
aku di sini
 di padang
mengembalai b eratus-ratus keinginanku yang liar untuk menjinakkkan rindu-rindu



ikustrasi pix

Comments