PERIGI: PUISI PARMADI, JAMBI




Perigi itu dulunya,
bukan hanya tempat mencuci,
namun juga tempat melebur diri
anak gadis, emak dan nyai,
bersenda gurau hingga terdengar tawa tergerai.
Kebahagiaan benar terpancar pada wajah- wajah yang menabur senyum,
tiada gundah, resah dan gelisah, apalagi susah.

Perigi itu dulunya,
sumber kehidupan, beningnya tirta mencukupi semua,
tiada pernah surut walau kemarau menerpa kurun waktu lama.
Belantara hijau di belakangnya masih pekat, bertunjang pohon-pohon besar
berjenjang dan menjulang menuju langit
tempat unggas berrdiam,
untuk menyambung hidup
dan berbiak diri.

Perigi itu kini sepi,
air yang bertampung hanya semata kaki, keruh dasarnya tiada lagi suci,
sejalan benderangnya rimba perdu pengganti jjenjang pohon yang ditumbangkan demi alasan ekonomi, bertambah makin sunyi
hewan penghuni telah pergi mencari tempat baru tuk didiami.

Anak gadis, mak dan nyai kini jarang komunikasi, masing-masingnya sibuk sendiri, entah apa yang dicari.
dan yang tampak hanyalah ego diri.

Perigi sunyi, demikian jauh bagi pejalan kaki, padahal hanya sehamparan sawah lokasimu kini.

Kobar Jambi, 29042018


Ilustrasi malaysia design grapich/ yuk klik iklannya

Comments