PAK TUA DAN JAM KOTA: PUISI ASPAR PATURUSI, MAKASSAR



Pak Tua itu berjalan sambil mengetukkan tongkat
sesekali mukanya terangkat menatap warna senja langit
dan ia melangkah tanpa terlihat rasa capek di wajahnya

Tepat di depan jam kota - hadiah seorang walikota kepada rakyatnya - Pak Tua itu berhenti dan nampak menarik napas lega
Ditatapnya jarum jam yang bergerak itu dan sekian detik kemudian tongkatnya bergerak-gerak seiring detak jam

Ada mobil-mobil yang lewat ada remaja yang lagi pacaran dengan asyiknya dan ada bola yang menyerempet lututnya ketika sejumlah anak-anak mengakhiri permainan kastinya

Pak Tua tak memusingkan semuanya bahkan dengan tenang dan pasrah terdengar ia berkata:
Esok aku kemari lagi...

1974


Ilustrasi pixabay/ yuk klik iklannya

Comments