IGAU MARSINAH: PUISI JINGGA KELANA, BANGKA BELITUNG






(potret nyata milenial)

santapan malamku hanyalah kegelisahan
dan segelas air kegetiran
di dini hari yang penuh kesunyian
kepalaku bergemuruh penuh pertanyaan
bagaimana tidak,
kami kaum buruh terlalu sering dicurangi tanpa perundingan
dahulu para demonstran yang menagih secuil kesejahteraan ditendang dari perusahaan
kali ini tunjangan absen ditiadakan, bahkan tanpa pemberitahuan

para remaja mengeluh, “jatah uang pulsa kini hilang”
para bapak mengeluh, “tunjangan absen biasanya untuk bayar listrik, kini tak ada lagi”
para ibu mengeluh, “uang jajan anakku”

parah sekali

ku tak tahan sebenarnya mendengar semua itu
tapi kemana harus mengadu?
sedang perwakilan buruh pun adalah tangan-tangan perusahaan
sedang aku pun masih butuh penghidupan

segala keluh kesah yang keluar dari mulut-mulut kami sebenarnya adalah keberanian
untuk tetap menjalani peran dalam kehidupan
semangat-semangat hidup kami sebenarnya adalah rasa syukur yang tanpa diumbar
rasa syukur yang nyata dalam perbuatan

sekalipun kami tetap hidup di dalam jaring-jaring kapitalis pemodal,
bagiku kesewenang-wenangan tidak bisa mendikte kebahagiaan

kami akan terus memberontak dalam diri,
pemberontakan sejati adalah melawan diri sendiri

Allah SWT berjanji akan merangkul jiwa-jiwa yang ikhlas menerima kehidupan
dan tetap semangat menjalani peran
DIA akan mengganti keikhlasan itu dengan jubah kebaikan
hanya jiwa-jiwa penuh keyakinan yang akan mendapatkan kebahagiaan

pukul dua tiga lima, jiwa Marsinah terjaga dari mimpi buruk sekaligus indahnya


Kepulauan Bangka Belitung, 1 Mei 2018
Jingga Kelana,
Lelaki Pemalu.


Ilustrasi indokku/yuk klik iklannya

Comments