FIKSI DAN KITAB SUCI




FIKSI| sebuah karya fiksi, apakah ia khayali? Sebuah karya fiksi, apakah ia imajinatif? Sebuah karya fiksi, apakah ia selalu manipulatif? Apakah karya fiksi harus fiktif? Apakah karya fiksi selalu disentuh rekayasa estetis? apakah karya fiksi tidak faktual? Apakah karya fiksi tidak ilmiah? Dan demikian apakah karya fiksi tidak sainstifik?

Berikutnya, apakah kitab suci bisa dikategori karya fiksi? Apakah kitab suci dapat diberi sentuhan rekayasa estetis tertentu?

Kitab suci dimaknai sebagai kalam ilahi. Diturunkan kepada para utusan. Disampaikan kepada para umat pengikutnya. Sebagai koridor, kandungan yang dijadikan pegangan, arah tujuan hidup. Apakah kitab suci karya fiksi dan apalagi karya fiktif? Sedangkan ia adalah kalam ilahi.

Kitab suci memiliki nilai estetis tinggi. Keindahan tak ternilai. Sebab ia puncak. Ia wahyu. Bukan eksperimentasi seni.

Dalam kitab suci, terutama alquran, banyak kisah dan cerita. Tapi bukan kisah fiktif. Ia memang ada. Ia peristiwa nyata. Ada kejadian. Terlebih lagi, ia bukan fiksi. Ia wahyu. Ia transenden. Bukan profan. Ia imani bukan sekuler.

Terlebih lagi, ia juga petunjuk. Kok petunjuk fiktif atau malah fiksi? Perdebatan internal filosofis dalam kedirian perlu kontrol. Kontrolnya iman, islam, ihsan. Sumbernya bisa kitab suci atau hadits atau sumber lain yang bermartabat dan valid secara agama.

Kunci untuk memahami lisan tentang ini adalah iman. Iman mengikat keyakinan. Keindahan tak berkurang hanya disebabkan ikatan iman yang kokoh. Kadang, lisan bicara terlalu cepat. Terlalu semangat. Sebagaimana jari terlalu lekas memencet. Kehidupan yang diburu-buru. Tak ada ruang bertapa. Kesunyian musnah disergap angkara. Keinginan-keinginan untuk diakui.

khilaf-khilaf umumnya dipicu oleh ceroboh. Keinginan-keinginan yang tak terukur. Kekhawatiran tak diakui. Keinginan untuk menjatuhkan. Keinginan untuk menjulang. Bahkan menjadi paling tinggi di atas langit ketujuh mana arsy berada.

(gambar tak ada hubungannya, mungkin coretan ini butuh pendalaman agar mampu menambahkan, nanti disunting kembali)


MUHAMMAD THOBRONI, tinggal di Tarakan Kalimantan Utara, menulis Buku Puisi "Sei Kayan" (2017) dan buku cerpen "Ustadz Misterius" (2018)

Comments