BERAS BATU: PUISI FATIN HAMAMA, PADANG




pagi buta ibu ke pasar  hendak membeli beras
setelah semalam ia peras peluh dan keringatnya menyapu jalan raya
sawah ladang dalam cahaya bulan dipancang tiang tiang beton
dan selokan dialiri air matanya

di pasar orang orang begitu sunyi
semua lapak sepi
pedagang kehabisan kata menawarkan dagangannya
tak ada hasil dalam kampung yang dapat ditawarkan
semua dengan cap dan ditulis dengan cat merah impor
dengan harga dan yang pajak tinggi

ibu mendekati pedagang beras dengan cemas
dia tawar beras paling murah
beras yang tak jelas lagi bulirnya
bercampur kutu dan gabah tak bernas

di tangannya
selembar harapan lusuh dan yatim
mengulur pilu

"adakah beras yang dapat kutawar" bisiknya pelan

pedagang menyeret senyum yang kaku
membalas memberikan segenggam batu

ibu pulang menanak batu
di periuk tanah
dengan api yang redup dari ranting pohon halaman yang gugur
ibu berdiang melerai dingin lapar yang gagu

di pelanta dapur anak anak meringkuk tertidur menunggu
menganyam  mimpi
makan besar pada pesta dan kenduri kampung

di seberang jalan
di lindap kota
di bawah lampu kristal dan dingin ac para tuan sendawa kekenyangan

di dapur yang tinggal bara
di periuk yang mulai dingin
rebusan batu ibu
pecah dan berpasir
meluka lidah
dalam mimpi yang tawar dan pudar.

#fhamama30418.


Ilustrasi kata bermain/ yuk klik iklannya

Comments