PALU BETON: PUISI MARSEL ROBOT, KUPANG



Setiap kali ia naik panggung berorasi, mulutnya menggelontorkan ribuan palu beton. Setiap kali ia bernyanyi, ia menggergaji tiang matahari. Matanya jalang sejalang mata elang.lidanya terus menghamburkan ludah berbisa bagai mesiu. Entah siapa orator itu.

Ibu dan anaknya berteduh di bawah tenda antara kata dan teror
"Nak, terlalu lama kita di sini, hujan palu belum juga redah. Ke mana lagi kita bertemu?"

"Ke tepi jurang ma, melegokan mawar dan anggur
atau menuju lautan mengarungi lendir liur, lalu memasukkan narasi-narasi ke dalam kontainer penuh bara api."



(ilustrasi aliexpres/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments