MENIKAHIMU: PUISI WACHID EKO PURWANTO, YOGYAKARTA




Adinda
Ingatkah engkau saat pertama kali kita bertemu
Jika engkau lupa, kuingatkan

Saat itu, kita belum saling kenal
Namun takdir telah membuat mata kita saling pandang
Waktu tibatiba menjadi kekal
Dan aku pun tak raguragu meminta pada tuhanmu
menjadikan engkau sebagai istriku. Sebagai jodohku.

Perjumpaan pertama berlalu. Kita tak pernah lagi bertemu. Aku terus mencarimu.
Dua tahun kemudian kita diperjumpakan tuhan di penghujung jalan itu.

Adinda
Ingatkah engkau. Aku harus menunggu sekian waktu untuk bisa menikahimu
Ingatkah engkau aku harus menempuh jalan yang berliku untuk bisa menikahimu

Sementara yang senantiasa kuingat saat memandangmu
Di sana. Di kedalaman matamu selalu ada cinta yang penuh untukku
Dan itu sudah cukup bagiku untuk bertekad menjadikanmu ibu dari anakanakku.

Lalu pada tahun ketujuh sejak pertama kali kita bertemu
Tuhanmu benarbenar mengabulkan doa
Kita menikah di tanah Dayun. Tanpa mengirim undangan ke siapa pun
Namun tamu dari pagi hingga petang terus saja berdatangan
Dan kita banyak yang tak kenal. Mungkin mereka malaikat yang dikirim tuhan

Kini setelah sebelas tahun berlalu
Anakanak kita berlarian di antara tumpukan buku
dan aku masih saja ingin menikahimu.

Lagi. Dan lagi. Dan lagi. Dan lagi


Jogja, 2018



(ilustrasi brilio/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments