KISAH SEORANG AYAH BERJALAN KAKI MENGGENDONG JENAZAH PUTRINYA: PUISI NORHAM ABDUL WAHAB, SAMARINDA



KISAH SEORANG AYAH BERJALAN SAMBIL
MENGGENDONG JENAZAH PUTERINYA
YANG BERUMUR LIMA TAHUN, DARI SEBUAH
RUMAH SAKIT UMUM MILIK PEMERINTAH,
UNTUK DISEMAYAMKAN DAN DIMAKAMKAN
DI PERKUBURAN DEKAT RUMAHNYA,
KARENA TAK PUNYA BIAYA


tubuh kau gendong tak lagi tertolong
waktu telah habis, telah lesap terkikis

kering airmata, menggiring doa-doa
mengiring penat langkah yang sudah

hanya alfatihah, tak lelah menjelajah
mendarahkan denyut nadi yang henti

bukan pada jarak, enam tujuh puluh
kegeramanmu hendak dilukiskan, tapi
senyuman kesabaran:
serupa bumi, tak luah dipijak dikencingi

lihat,
wajahmu barat, terang menghala kiblat
tempat ridwan riang, memegang senang

lihat,
diammu timur, gelombang tak terukur
membuat malik malu, rautnya bersemu

lihatlah,
gapaimu utara, bahagia tangisan berderai
para anbiya’ melambai, senyuman aduhai

lihatlah,
tatapanmu selatan, lurus ke haribaan
mimbar cahaya, selesat kilat ke surga

~ aku gembira memandang, walau
~ dikau bimbang menyandangnya

namun,
wajahmu tetap, tak bersalin rupa
: merah di amis darah
: putih di tulang pipih


ia tak letih, terus saja bernyanyi:
pancasila sakti, NKRI harga mati
keadilan sosial untuk anak negeri

membuat bendera pusaka tak mampu berkibar
malu pada pesona pabrikan yang masih ditebar

membuat sayap garuda tak dapat berkepak
hilang garang mata, sebab paruh berbengak

~ aku yang kemarau, menelan asin airmata
~ dikau yang hujan, rindu melempen cinta

MBoro, 2018


(ilustrasi dalam sujudku/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments