JEJAK LUBANG: PUISI SAPAR, BULUNGAN




berharap yang lain bicara, tak ada suara
orang lain di luar sana telah bicara dengan lapisan hutan

daun rindang
belantara, sementara
kita di dalam raya kata raya aroma raya cuaca raya langit

hijau warna
masih saja, ya masih saja mencoba lepaskan gerah

dan kering cahaya
hiruk-pikuk di gamang-gamang lapisan subur berkubang

jejak lubang,
lubang-lubang sampai ke batas nganga, dan nganga itu

telah pula
hadirkan rupa-rupa wajah pendatang, sementara kita
melepas jerat saja tak mampu di cercah gelak dan tawa,

senyum kita  terkunci,
terkunci oleh kebodohan diri sendiri, tak tak  tak,

 – tak mampu menepis buta,
buta bahwa kita masih dilena dalam kungkung dan buai

morgana, morgana
dalam sekap-sekap pendar cahaya


di puncak pucuk daun kerontang kita lihat ujung monas

yang tajam,
tajam menghujam,
dan kisah rimba raya, kisah hutan-hutan penuh misteri;

lenyap tanpa cerita
kalimantan, biarkan kami yang bicara
bicara di antara debu dan degup jantung berpacu


berharap yang lain bicara, tak ada suara, dan sungguh,

tak ada suara
kalimantan, biarkan kami yang bicara
bicara dengan senyum terkunci

ketidak-adilan itu tetap saja ada di sini


(ilustrasi geologinesia/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya)

Comments