TARIAN SUNYI: PUISI YUFITA, PONTIANAK




Merogoh saku. Kasar.
Dilemparnya kepingan nyawaku.
Berhamburan di atas lantai kusam.
Tanpa ratap kupungut penuh harap.
Kancing baju terbuka satu-satu.

“Cepatlah sedikit!” Bentaknya sambil meludah di atas lantai kusam semakin buram.

“Lekaslah, aku tak punya banyak waktu!”

Membayang raut sendu kekasih
dan kuyu mata anakku
mengiris hati
Tipis-tipis.

“Hari ini di Balai Kota aku mau pidato tentang kesetaraan Adam dan Hawa. Akh, mana mengerti kau—kerjamu hanya menjual aurat pada setiap lelaki.”

Menjilati tiap lekuku tubuh
Bau amisnya menyebar ke hati
Tak kuasa tolak segala mau
Ternyata duniaku hanya berakhir
sampai di sini
di lantai kusam yang semakin buram
di bawah ketiak penuh borok

Membayang raut sendu kekasih
dan kuyu mata anakku
mengiris hati
Tipis-tipis.


Pontianak, 27 Oktober 2000


(ilustrasi goekcriatineart/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments