SPIRIT NEGERI SAKURA : KISAH PERJALANAN DARI JEPANG (5)



Hari ini, hari terakhir kunjungan ke "Negeri Sakura" sekaligus menjadi tulisan terakhir tentang Kisah Perjalanan ke Jepang.  Teman-teman yang sempat membaca kisah perjalanan yang disampaikan secara berseri sebelumnya, banyak yang menanggapi dengan aneka tanggapan; ada yang setuju ada yang kurang sependapat, dan ada pula melihatnya dengan sangat kritis. Semua itu saya mengucapkan terima kasih walau saya memandangnya semua bertujuan saling melengkapi. Saya sesungguhnya sangat butuh kritikan untuk perbaikan yang nantinya akan saya jadikan buku. Satu hal yang perlu dijelaskan bahwa kisah berseri ini bersifat umum dan tidak bisa dilihat secara parsial partikular. Walau kunjungan sangat terbatas, saya berusaha menyempurnakannya dengan banyak mendengar, melihat, dan membaca literatur tentang Jepang. Karena itu kisah ini menjadi tidak fair jika dilihat secara parsial dalam kondisi waktu dan tempat tertentu di Jepang.

Seperti diketahui bahwa Jepang pernah mengalami kehancuran luar biasa saat kekalahan mereka pada perang Dunia ke II akibat pemboman tentara sekutu pada kota Herosima dan Nagasaki, Agustus 1945. Pemboman yang menyebabkan korban jutaan jiwa itu membuat Jepang menyerah pada tentara sekutu. Tetapi dengan tempo hanya tidak sampai satu dekade segera bangkit melampaui kemajuan negara lain. Kekalahan membuat mereka malu sekaligus menjadi hikmah di balik peristiwa. Memberi motivasi kuat pada mereka untuk segera bangkit dengan memberdayakan potensi budaya yang berasal dari legacy leluhur mereka sendiri, yaitu:

1. Semangat "Kaizen"
Semangat Kaizen berarti perbaikan berkesinambungan. Konsep Kaizen diperkenalkan kepada Masaaki Imai dalam bukunya, "The Key to Japan’s Competitive Success." Spirit Kaizen saat ini dikenal sebagai pilar penting dalam pengembangan strategi kompetitif jangka panjang di berbagai organisasi, terutama perusahaan. Jika diterjemahkan ke dalam perilaku sehari-hari, Kaizen bermakna tidak cepat merasa puas atas capaian yang sudah diraih. Selalu timbul semangat untuk terus melakukan perbaikan, walaupun hasilnya dirasa sudah baik.

2. Spirit "Samurai"
Samurai mengajarkan semangat pantang menyerah sebelum mereka benar-benar tak mampu mengerjakannya. Para samurai akan melakukan harakiri atau bunuh diri dengan cara menusukkan pedangnya sendiri ke dalam perut apabila dalam bertarung dia kalah. Hal ini menunjukkan upaya para samurai untuk menebus harga diri mereka yang hilang akibat kalah dalam peperangan. Harakiri adalah bentuk rasa malu karena gagal melakukan sesuatu.

Hingga saat ini, spirit samurai masih tertanam kuat di dalam jiwa bangsa Jepang lewat pendidikan, namun digunakan untuk membangun kekuatan ekonomi dan industri, menjaga harga diri negara, dan kehormatan bangsa secara utuh. Semangat ini berhasil menciptakan Jepang menjadi bangsa yang pantang menyerah meskipun sumber daya alamnya minim serta sering ditimpa berbagai bencana alam, terutama gempa bumi dan sunami. Walau mereka dari segi SDA kurang beruntung, Jepang tak akan menyerah dan akan terus bangkit. Spirit samurai sudah ditransformasi secara positif dalam bentuk lain, yaitu jika ada pejabat melanggar hukum, mereka dengan jantan mengundurkan diri dari jabatannya.

Akhirnya, saya dan teman-teman dari Ujas Tour menyampaikan terima kasih atas perhatian netizen dan dengan penuh kerendahan hati memohon maaf atas segala kekurangan.

Wassalam,
International Airport Hanida, Jepang, 6 Januari 2018


AHMAD M SEWANG, GURU BESAR UIN ALAUDDIN MAKASSAR



(ILUSTRASI Wikipedia / YUK KE BAGIAN BAWAH BLOG DAN KLIK IKLANNYA UNTUK INFORMASI BERHARGA DAN MENCERAHKAN)

Comments