Akhir-akhir ini sepanjang perjalananku dari ruteng ke kupang Bayak puisi berhamburan di pinggir jalan Ada yang melayang di atas awan Jua ada yang mengapung di atas lautan Hingga menyesat di antara lorong-lorong yang sempit
Entah itu puisi milik siapa Yang pasti aku tak tahu Mungkin saja milik penyair bayangan Lantaran titi mangsanya tak tertera dengan jelas Ataukah mungkin puisi milik para pecundang itu Pecundang yang datang dari negeri seberang Yang dulu lupa jalan pulang ke tempat peraduannya
Sepintas ku lihat dan membaca Ada harapan dan jua impian yang bertaut di dalamnya, ada juga janji-janji dan rayuan gombal yang di apit dengan cara yang sangat elok dari pada syair-syair yang di lantunkan para penyair sesungguhnya
Sungguh menabjubkan bukan? Akan banyak para pembaca yang tersikma bila tidak menelaah dengan baik puisi-puisi yang tak bermakna dan tak berpola itu Mengapa demikian? Lantaran sebelumnya aku pernah membacanya, dan kini pun tak ada ubahnya Kata-katanya masih sama Masih basih seperti dahulu kala Waktu melintasi beberapa kota
Kupang, Februari 2018
Hery Paju, Mahasiswa Prodi bahasa dan sastra Indonesia UNIV PGRI NTT, Asal Flores Manggarai, Lahir 26 Agustus 1995
(ilustrasi misbach thamrin/ bpkp1965/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment