PUISI TARAKAN 4: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN




Di Binalatung, para petani terjun ke laut: memasang tali-temali sambung-menyambung dan botol-botol kait-mengait bergelantungan seirama ombak dan gelombang: rumput-rumput laut itu timbul Dari dasar laut, dan membentuk hamparan surga musim semi: anak-anak menunggu di depan rumah panggung yang menghadap pantai, menunggu uang jajan dan para perempuan sibuk berdandan memakai daster paling tipis menyambut para suami yang tak pulang berhari-hari. Ketinting-ketinting sandar di tepian amal: para nelayan duduk melingkar di cangkrukan, kopi bersama sanggar terhampar, dan kartu domino bergantian dikocok: angin masih kencang, gelombang pasang silih berganti menerjang, satu demi satu batang kelapa rebah, laut makin menepi, dan para nelayan memarkir jala di atap-atap rumahnya: inilah musim bikin anak, agar bertambah ramai ruang tengah yang luas, dan halaman hiruk-pikuk mengusir kesedihan. Para wisatawan datang, berdiri dengan rambut dibelai angin senja: mereka memandang keresahan yang berpendar di antara ponton batubara, ombak yang kecoklatan dan pusaran uang: keindahan alam adalah lukisan kalender tahunan yang dibongkarpasang untuk memastikan tanggal merah terpampang sepanjang tahunnya: dan orang-orang Binalatung kembali ke laut memasang pukat, memanen rumput laut dan membuang keresahan.


2018


(ilustrasi isen molang/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments