PUISI TARAKAN 3: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN


3/
Sebuah apa entah sebutannya: hutan tapi bukan hutan, kebun tapi bukan kebun, taman tapi bukan taman, dibangun menjadi konservasi kekinian: Alam, udara, bekantan, anak-anak bekantan, kepiting, batang merah, dan burung-burung Kalimantan : wahai, dimanakah para nelayan Tidung yang dulu bermukim di straat buntu, dan anak-anak nelayan berkecipak di tengah lumpur, berburu kepiting dengan ambau: para tempakul yang tertawa sinis terhadap kemajuan, melompat-lompat di antara lubang galian sejarah masa silam: pasar modern didirikan, ruko-ruko dibariskan, berganti penghuni saban siang dan malam, mengubur jejak para nelayan Tidung yang berangkat melaut ke pinggiran masa silam, dan tak jua nampak batang hidungnya, mengembalikan ingatan sejarah anak-anak burung Kalimantan kepada kebesaran sejarah leluhurnya: wahai, mangrove-mangrove kini menjadi ruang bersembunyi, para tuan yang sibuk memikir keluarga siri


(ilustrasi kita dan kota/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments