PUISI TARAKAN 2: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN



2/
Sebuah taman baru, dibangun di tengah sebuah pulau, yang orang-orangnya sedang semangat membangun mimpi baru: Taman Berlabuh berdiri anggun, dengan rambut tergerai, bak pesona perawan dari surga, tatapan matanya berjuta cahaya: anak-anak membawanya hingga bermimpi-mimpi,  para mamah muda dan nenek tua berlomba ambil poto swa dan memajangnya di beranda-beranda, dengan tak lupa menulis serupa aksara kata penuh makna: para papa muda dan kakek lansia, mengelap keringat yang menetes dari tubuhnya, sembari memandang laut Sulawesi yang damai: kapal-kapal besar bersandar, ahai, berapa juta ton barang berlabuh di pulau mungil ini saban waktu? Ponton-ponton melempar jangkar dan pilih istirah di tengah samudera, ahai betapa batubara-batubara itu adalah bekal pesta pora, entah tanggal muda tak peduli tanggal tua: ketinting-ketinting melaju, para nelayan Tidung melambaikan tangan ke arah pengunjung Taman Berlabuh dan melempar senyumnya: aha, ini ambillah ikan dan kepiting hasil jala dan ambau kami, biarlah bubu dan pukat ini kami bawa pulang beserta sejarah masa silam: ambillah semua, dari sumur-sumur tua, keruklah dari fosil-fosil purba, dan rebahkan pipa raksasa panjang untuk berabad-abad dan berbarel-barel mengalirkan masa depan anak cucu warga kota: para bakul balon, usus bakar, sosis goreng, pentol pedas, dan permen kunyah, sahut menyahut di antara debur ombak kehidupan yang tak kenal surut dan pasang: laut serasa tak mengenal tega, gerhana berlangsung lama dan asap masih harus mengepul dari cerobong dapur mereka: ayunan, prosotan, kolam, dan camilan adalah kemeriahaan dan kegembiraan orang-orang yang kalah melawan keresahan jiwa: puncak Bukit pertamina serasa asing, kapal silih berganti Singgah, berlabuh di tepi sejarah yang belum pula punah.


2018


(ilustrasi blog reservasi / yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments