PACU JALUR: PUISI HERI MULYADI, LAMPUNG



lalu aku berpagi-pagi menyusuri jejak bagai adam rindukan hawa
di pacu jalur sebuah kota:
tancapkan tonggak-tonggak itu bangunlah peradaban, dan serulah mereka.

aku tertegun layak ibrahim mendengar panggilan: makkah.... terukir pula nama itu di kota ini--bagi sujud kaum tak lupa.

dan aku bertemu abdullah, nama yang tak asing: meruapkan kegelisahanku pada pesan muhammad berabad sudah.

yaa nabi....
ini bukan kotamu
namun serpihan babak perjalanan ini membawaku menemukan kembali jejak seruanmu.

aku di sini bukan untuk mengingatimu
hanya segumpal rindu
lantas terjaga,
                           sungguh rupamu bisa
                           dimana-mana
pun di pagi ini
bersama embun penghujung kemarau
di pacu jalur
bukan di kotamu.

Kuansing City, 26 Oktober 2017



(ilustrasi the guardian/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments