MENUNGGU JAM BERDENTANG: PUISI RISSA CHURRIA, BEKASI



menunggu waktu
menunggu detik berlalu
menunggu jam berdentang
menunggumu dalam hingar dan diam

sampai kita pada panggung
yang membicarakan tentang petisi dan adu argumentasi

hanya ada selintas tanya
apakah kita di jalan yang lurus?
berkarya bukan sebuah dosa
yang harus dihujat dan didiskriminasi
bukan pula kenaifan atau kemustahilan

kita bertanggung jawab atas telapak tangan dan kaki
mata pikiran dan pendengaran
segala langkah dan keputusan
telah ditimbang dalam kedewasaan

pantang  berlari dari medan perang
karena langkah dan kata kata adalah pertanggung jawaban
tuhan akan menurunkan hikmah jika kita istiqomah
bergerak karena-nya diam juga karena-nya

kita tak perlu ikut menghakimi
jawab jika perlu dijawab
tapi terkadang kegilaan harus diimbangi dengan kegilaan
karena gila sesungguhnya adalah penafian kebenaran
penentangan yang tak masuk akal

pintu ijtihad masih terbuka
jumud bukan berarti menolak sesuatu yang baru
karena dunia tak dapat dibendung pergerakannya

hidup mengalir seperti air
udara yang kita hirup hari ini bukan udara kemarin
hangat matahari hari ini bukan sinar yang kemarin
waktu yang bergulir hari ini bukan kesempatan yang kemarin
semua bergerak sesuai sunatullah

bagaimana kita berkarya
bukan bagaimana melukai karena kata kata

Setu, 16.02.18


(ilustrasi Pinterest / yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments