Lelaki Agung itu berjalan di malam hari
antara Makkah dan Palestina
lalu naik Sidratul muntaha
atas ijinNya
Lelaki Agung itu wangi mulutnya
teduh matanya
di tangannya memancar air dingin tujuh rupa nan sejuk
ketika mengusap wajahku
Lelaki Agung itu
salawat dan salam baginya
Dia bukakan jalan ke surga dengan seribu luka
Dia tangisi umat ketika maut tercekat
Lelaki Agung itu
mengalir butir di pipi mengenangnya
yatim piatu yang lurus bersahaja
tinggal baju melekat ketika wafat
Lelaki Agung itu
kuingin di sampingnya ketika matahari sepenggalah dan anak tak kenal bapak
ketika terompet nyaring berbunyi di padang Ma'syar.
Klaten, Februari 2018
(ilustrasi esti ismawati/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment