JIWA, ALAM DAN MUSIK




Kalaulah Jikalau
(Hamri Manoppo)

Kalaulah ladang, di sana aku temukan air jernih mengalir
gemercik menyanyi di sela batu kali lalu burung pipit menyanyi tak henti berpayung awan seribu gunung.
izinkan kucuri alun musik itu kusimpan di kalbu
biarlah kutempa jadi simponi abadi di hati.
Kalaulah kata, di sana aku temukan dia
Yang cerdas manjakan puisi jiwa
merangkai larik-larik indah

Jikalau hujan
di sana aku temukan lelehan air basahi zaman
biarkan aku kuyup bersamamu
di ladang sastra nan indah mempesona
Rindu aku bertatap perempuan senyawa jiwa yg ajarkan aku bahasa santun sambil berpantun
lalu membayangkan dua belibis berenang di kolam puisi

kata puisi, puisi kata,mainan kita,canda kita, hati kita, jalan kita,kita jalan, jalan jiwa,jalan rasa,jalan-Nya
puisi kita, puisimu,puisiku,puisi rasa, puisi-Nya
jamu,aku,saling tahu,apa yg kita tidak tshu
puisi esai,esai puisi,di sana kita bertemu
saling bagi, bagi kita, berbagi rasa
langit gunung, gunung langit
terasa gunung selangit

kalaulah,jikalau jumpa
apa yg perlu dinyana
membagi cerita indah
tentang keluarga kita
kota bekasi,bekasi kota

Kalaulah kali, di sana aku mengayuh sampan
dari hulu ke hilir hanyutkan bongkah harapan
kalaulah kita dapat bertemu berbagi duka lara
sepekan kita cerita berjuta kata entah cukupkah

kalaulah- jikalau

(kotamobagu, feb 2018)



JIWA,  ALAM DAN MUSIK

Ketika Allah SWT menciptakan  Adam ,  suasana alam di syurga begitu indah.   Namun sebelumnya,   yang mengisi suasana syurga adalah makhkuk-makhluk  Allah seperti malaikat dan syetan.

Adam makhluk (manusia) terakhir yang diciptakan Allah dari segumpal tanah hitam. Jadi tidak heran andaikan dalam kehidupannya manusia  begitu akrab dengan alam.

Penyair Rumania, Helene Vavaresco begitu yakin alam adalah tirai putih untuk menciptakan lirik-lirik puisi. Karena keindahan yang terlukis dalam kehidupan sehari-hari, mampu mengikat batin dan pikiran manusia.

Karena itu alam dan manusia menyatu untuk melahirkan berbagai bunyi (tone)  berupa musik.

Karena itu penyair Hamri  Manopo begitu kagum dengan beragam keindahan yang ia tulis sebagai kedekatan antara dirinya (aku lirik), alam dan musik.

Penyatuan alam dengan diri manusia akibat dari awal penciptaan manusia  menggunakan segumpal tanah hitam.

Puisi bertajuk "Kalaulah Jikalau"  menjelaskan kekaguman aku lirik terhadap alam sekitarnya..

Kalaulah ladang, di sana aku/ temanku air jernih mengalir/Gemercik menyanyi di sela batu/Kali lalu burung pipit bernyanyi/ tak henti berpayung awan serta gunung/ Izinkan kucuri alun musik itu, kusimpan di kalbu...

Begitu kental penyair menyanjung keindahan alam dan musik. Dalam rasa (feeling), penyair mencoba merasakan tiap inci keindahan itu.

Pada akhirnya ia menemukan alur bunyi (tone) yang terhimpun menjadi nada-nada musikal di dalam dirinya.

Bisa jadi,  'kerinduan' penyair terhadap alam dan musik merupakan gejolak perasaan yang terpendam jauh di lubuk hatinya.

Feeling (rasa) inilah yang memanggil-manggil jiwanya untuk tiba pada tujuan dan amanat tertentu (intention).

Memang, puisi tak sekadar mencari kata kata pilihan. Dari kata kata itulah akhirnya muncul suasana figuratif language yang memuculkan bunyi sesuai ritm dan rima.

Itulah pada baris keenam penyair menyajikan larik..
Izinkan kucuri alun musik itu kusimpan di kalbu...

Efek bunyi itulah yang akhirnya mampu melukiskan kedekatan aku lirik terhadap alam di sekitarnya.

Bagi Hamri untuk tiba pada tujuan akhir (intention) dari maksud tuturan estetiknya, ia sengaja membangun kelokan masalah ke arah bunyi-bunyian...
Gemercik menyanyi di sela batu kali/ Lalu burung pipit bernyanyi..

Hampir sama kecintaan manusia (penyair) yang ditulis dalam kisahan alam sekitarnya oleh penyair  Cheko-Slowakia, Ludovic Kundera bertajuk "Kenjataan-kenjataan" yang mengisahkan ketatakjubannya kepada alam...

Kalian lihat surja bergumul dengan kabut rumput merah/ djaring lawa digantungi embun/ ulat dan kutu djauh dalam bumi...

Kisahan seputar lingkungan itu menjelaskan begitu dekatnya alam, bunyi (musik) dan manusia.

Ketika manusia sibuk dililit aktivitas pekerjaan,  perasaannya jenuh. Ia ingin  menyegarkan diri dan  bercengkrama dengan alam (rekreasi) sembari mendengar musik, atau musik-musik ciptaan alam (suara margasatwa).

Rabindranath Tagore, kerapkali menyatakan bahwa alam adalah ibu yang melahirkan anak manusia (penciptaan Adam dari segumpal tanah hitam).

Karena itu manusia begitu dekat dengan alam sekitarnya. Tatkala manusia bercengkrama dengan alam, batin dan pkkirannya menjadi lebur.

Jika ia pemusik seperti Ebiet G Ade, lagu dengan lirik-lirik puitis ia lantunkan dengan musik-musik berciri senandung  alam.

Penyanyi jazz, Diana Krall, ketika mencipta lagu-lagu berirama jazz, yang ia lihat terlebih dahulu adalah suasana perbukitan yang ditutup salju. Karena itu Diana mampu menulis lagu-lagu menarik bertema alam.

Begitu indahnya alam yang menjadi ibu bagi manusia, sehingga Hamri Manopo menulis puisi Kalaulah Jikalau, begitu dekatnya dengan alam sekitarnya. (*)

23 Februari 2018



  • ANTO NARASOMA, PENYAIR TINGGAL DI PALEMBANG



(ilustrasi viaras seniman kuta/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments