PUISI IMLEK: PUISI MUHAMMAD THOBRONI, TARAKAN


Di halaman rumah teman kami, sahabat kami, saudara kami, ditanggap pertunjukan barongsai: pemain-pemainnya berjingkrak, menggeliat, ekor-badan-kepala meliuk, dan mulut barongsai itu menganga: apakah tak cukup pertunjukkan ini mengubur derita dan kebencian yang kian melanda? Bakpao-bakpao disuguhkan, tekwan panas, asap kopi mengepul menerabas sela-sela lampion yang bergelantungan dan terus bergoyang: seperti inikah masa depan kehidupan berbangsa kita, disuguhkan, bergelantungan dan bergoyang diterpa angin kencang? Angpau-angpau dibagikan, anak-anak berbaris rapi, kokoh dan cicik tersenyum sumringah: bisakah imlek hadir saban hari, dalam bertetangga yang guyub, yang saling mengerti dan berbagi, yang saling menghargai dan menghormati, saling mendengar dan memahami? Jalanan lengang, warung kopi tutup, dan orang-orang tetap bergembira meliburkan pikiran dan jiwanya.


16/2/2018



(ilustrasi dina firiya/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments