WANITA KARIR, SALAH?



Kemarin saya membaca sebuah berita tentang anak yang dititipkan ibunya kepada pengasuh lalu anak itu diperlakukan begitu kejam oleh pengasuh. Ramailah para komentator menyampaikan komen dengan beragam gaya bahasa. 
Tidak sedikit komen yang isinya menuding dan menyalahkan si ibu yang lebih memilih bekerja daripada menjaga anaknya.

Kalau kamu wanita karier, apa yang kamu rasakan saat membaca komen-komen tersebut? Galau? Samma. Saya juga.

Lalu, saya tak sengaja menonton sebuah video singkat yang menampilkan adegan anak-anak pulang sekolah berlarian bergegas ke dalam rumah, si ibu (wanita karier) menanti sambil melebarkan tangan hendak memeluk. Eh..anak-anaknya berlalu begitu saja. Mereka malah menghambur ke pelukan pengasuhnya yang menyambutnya juga dengan senyum ceria. Hancurlah hati si ibu.

Kalau kamu wanita karier, apa yang kamu rasakan saat menonton video tersebut? Galau? Samma. Saya juga.

Salahkah wanita yang berkarier di luar rumah? Jahatkah emak yang meninggalkan anaknya bekerja?
Egoiskah emak yang menitipkan anaknya kepada orang lain?

Saya wanita yang bekerja di luar rumah. Saya pernah menitipkan anak kepada pengasuh, saya juga sering menitipkan anak kepada orang tua. Begitu entengkah tangan saya melepas mereka kepada orang lain selain diri saya sendiri? Begitu ringankah hati ini setiap hari mengucap selamat tinggal sampai jumpa nanti sore?

Mungkin tidak banyak yang tahu. Betapa hati emak yang merangkap wanita karier sering maju mundur cantik dan gelisah galau merana saat berada dalam dilema antara anak dan pekerjaan.

Kalau sudah begitu, apa emak langsung berhenti kerja and say goodbye pada gerbang kantor? Mungkin ada yang menjawab ya tapi banyak juga yang masih bertahan.

Hidup selalu memberikan pilihan-pilihan yang kadang tidak semudah menghitung kancing.

Yang pasti:
Di balik meeting-meeting emak yang kadang sudah seperti artis sinetron (kejar tayang), tersimpan rapal-rapal doa untuk si buah hati.
Di antara sederet schedule emak yang padat merayap terukir rapi impian-impian emak untuk bisa berlibur bersama keluarga ke tempat idaman.
Di setiap langkah kaki emak, baik yang pakai high heels maupun yang jelepak ke lantai, tersulam seluruh kenangan sejak si kecil dalam kandungan sampai menjelma wajah-wajah dewasa.
Di setiap detak jantungnya dan di setiap aliran darahnya, terpahat harapan jiwa-jiwa taat atas permata hatinya.

Mungkin di antaranya ada yang sedikit keliru ketika menapak sebab emak bukan malaikat. Tegurlah baik-baik. Nasihati sembunyi-sembunyi hingga bayangannya sendiri tidak mengetahuinya.

Yang sedang tertatih menjejak di luar rumah dengan tetap menyanjung keluarga, aku bangga padamu.
Yang mantap jiwa memilih berada di rumah, aku menghormatimu.

Apapun yang menjadi pilihan, semoga keluarga kita selalu diberkahi oleh Allah Swt.


NAILIYA NIKMAH, PENULIS TINGGAL DI BANJARMASIN

Comments