TUKANG SATE: PUISI ASPAR PATURUSI, MAKASSAR



teriakannya menyayat malam: *sateee...*
adakah itu suara dari masa silam
bagai tersedu-sedu menangisi duka alam
dia tetap melenggang menerobos gerimis

sebagaimana rakyat kecil, dia pantang menyerah
pekerjaannya rutin dan tampak amat bersahaja
diiris-irisnya daging, lalu dicocok dan dipanggang
dia menyusuri gang demi gang dan teriak lantang

daging diiris dan dipanggang
itulah dilakukan nenek moyang
sesudah berburu seharian
di hutan, di tengah padang ilalang

*sateee...*tetaplah berteriak
agar hidupmu tak teriris-iris
oleh nasib tragis

Jakarta, 31 Januari 2013

*(dari buku RANJANG CINTA, hal 77)*


(ilustrasi commons wikipedia/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)


Comments