PUISI HIKAYAT KECAPI: ADI ARWAN ALIMIN, MAMUJU



Adalah gelombang yang memelukmu, sambil mendendang syair perindu pelautmu, setiap petik dawai serupa buih yang lebur, memburu geladak mengantarkan rindu

Badai datang dan pergi, seperti seru lelaki di buritan, memanggil-manggil pantai, dengan dada seluas cakrawala, merunut kisah tentang kekasih bertemu rembulan

Ini hikayat kecapi yang mengejar matahari, dalam palung laut di antara benua, telah begitu banyak labuhan dijejaknya, tetapi bait-bait kepulangan hanya tahu, beberapa nama perempuan di kampungnya, mereka setia seperti pantai

Kusarungkan jambia di pinggangku, ibarat guling perahu menuju samudera, sebab lelaki di sini tak pernah berpaling, pada rayuan malam dan kepak elang, bunyi kecapi serupa kesiur angin, membisikkan rupa-rupa kabar dari jauh

Setiap senja mantra-mantra ditiupkan, bersama komat-kamit segala putika, di sini kisah masih ditera kecapi, menitiskan carita melewati masa yang sudah-sudah, melampau tujuh mata angin, menyingsing tujuh muara, menggapai cinta tujuh hulu...

Mamuju, 4 Agustus 2017


(ilustrasi galery bale festival/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)

Comments