NOSTALGIA SELASA PAGI: CERITA PENDEK INDRIYANI VOLUNTIRI AZIZ, SLEMAN



Dua belas tahun lebih seiprit. Dulu, aku pernah muda. Loncat sana-sini mencari pasangan puzzle yang pas. Ada yang datang, hati menolak. Tidak hanya sekali. Seingatku berkali-kali. Pertanyaannya, kali-an sinten???

Idealisme perempuan. Maunya jagoan yang 'sempurna'. Mapan, pinter ngaji, rajin sholat, ganteng dikit gak nolak. Oh ya, harus pengertian dan setia. Model ngene, neng sinetron wae kok kayane ora ana. Pokokmen ngono kuwi.

"Van, kamu tau nggak, Bosmu suka sama kamu." Kata Tita suatu sore. Pergantian shift jaga Toko ketika itu.

"Hmm. Nggak tau. Terserah dia. Hak dia mau suka sama aku. Aku nggak." Jawabku cuek.

"Yang penting aku udah kasih tahu. Si bos suka Tanya-tanya kamu ke aku. Udah, ya aku pulang dulu." Ujar Tita. Brrrmmm. Motor Tita melaju di derunya jalanan.

Bener kata Tita. Si Bos mendeklarasikan cintanya. Di pergantian senja. Ah, momen  seperti ini. Menyebaaaalkan! Kenapa dia! Kenapa bukan dia! Arrrggggh. Really don't like it!

"Gimana, Van?" Kata si Bos penuh harap.

"Itu hakmu mas. Apa pun jawabanku, aku nggak mau merusak posisiku di sini. Aku kerja profesional." Kataku sambil merapikan rak buku.

"Iya aku tahu, ini nggak ada hubungan sama kerjaanmu. Apa pun jawabanmu aku terima." Suaranya menjadi berat. Semacam digandhuli berton-ton pancang di tenggorokannya.

"Sebenarnya, aku....."

"Halooo, lagi pada ngapain? Serius amat."
Belum selesai aku menjawab. Eh, satria bergitar muncul.

"Deg deg deg." Duuh, mukaku mendadak terasa hangat.

(Bersambung)

Pakem, 8 Januari 2018




(ilustrasi vitar.tv/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)

Comments