LIRIK CINTA: PUISI PARMADI, JAMBI





Saat kutahu bahwa sinar mata itu tak lagi berbinar,
padahal cahaya yang datang segera
menyelusuri kelebat bayang itu,
di satu masa
di suatu saat, ku dapati dirimu
membalikkan wajah lalu
menatapku dengan pekat.
Saat itu yang kutahu hanyalah seraut wajah penuh lelah bergumul peluh,
matamu jelas nanar.
Apakah itu pertanda kepedihan yang tak kunjung terkelupas dari ari-ari di belukar sesap jalan yang telah engkau pilih?
Sedetik trenyuh di dada, kau kembali berpaling muka,
lalu bergegas tergesa menyingkirkan guratan kesedihan yang membeban.
Aku tak kuasa,
Aku tak mampu berbuat apa,
Pada apa yang juga pernah membuat jiwaku berkutat pada kepedihan yang sama.
Kita ternyata dua, namun kenyataannya sama, tercabik dalam kembara cinta
yang liriknya berbeda.
(Mendalo, 23012018)



(ilustrasi cuded / yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)

Comments