JIKA HENDAK MENGENAL ORANG BERBANGSA, LIHATLAH KEPADA BUDI DAN BAHASA



Jika hendak mengenal orang berbangsa
Lihatlah kepada budi dan bahasa" -- dalam Gurindam 12 Raja Ali Haji.

Kehidupan berbangsa adalah cermin budaya. Jika budi adalah capaian yang tak mungkin digembar-gemborkan, maka bahasalah yang menggambarkan semuanya. Mengenali bahasa, menjadi jalan utama mengenali budaya. Baik sebagai sejarah, juga dalam realita kekinian dengan semua dinamikanya.

Dan anak terbaik bahasa adalah sastra.

Dalam keadaan apa pun, sastra akan muncul sebagai agen-agen sejarah, menjadi cermin bagi kebudayaan selanjutnya. Apa yang masih tertinggal, apa yang ingin dikejar, apa yang ingin dicapai.

Para pelaku bahasa--katakanlah sastrawan, memang makhluk sosial, namun meski begitu, ia juga makhluk pribadi. Wajar jika dalam gerakan bersosialisasi membebaskan jiwa bahasanya, kadang kehidupan pribadinya dihujat, dinilai naif, bahkan dinilai munafik. Mungkin waktu jugalah yang akan menebusnya; sekali berarti sesudah itu mati.

Sebagai agen sejarah, penyair misalnya, yang merekam setiap momen puitik yang menyentuh jiwa bahasanya, ia menitipkan ketulusan rasa pada makna yang dilepasnya. Makna ini, di dalam bentuknya kemudian mengembara bahkan mampu melintas dari zaman ke zaman.

Pesastra mungkin saja tak terkenal sebagai penanam budi, tetapi dengan berkaca pada bahasa yang dilepasnya, mereka selalu ingin memperbaiki jejaknya.

* lagi galau. Jadi pingin nulis. Seadanya.
** berbicara sastra, adalah identik bicara 'karya sastra'.


BAMBANG IRAWAN, BENGKULU


(ILUSTRASI RUANG BELAJAR BAHASA/ YUK KE BAGIAN BAWAH BLOG DAN KLIK IKLANNYA UNTUK SETIAP INFORMASI BERHARGA DAN MENCERAHKAN)

Comments