DUNIA PUISI: UPAYA MEMAKNAI PUISI, HIDUP DAN DIRI




Dunia puisi adalah anak tertua dari dunia sastra. Untuk lebih mengenal anaknya, tentu kita juga harus "menghormati" orang tuanya. Maka jadilah, sebelum memasuki dunia puisi sebagai turunannya, kita masuki dulu dunia sastra.

Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa sansekerta, yaitu dari kata "sas" yang berarti ajaran dan "tra" yang berarti alat atau sarana. Secara singkat sastra mengandung pengertian adalah alat atau sarana untuk menyampaikan ajaran. Secara bahasa Indonesia, penggunaan kata "sastra" adalah merujuk pada kata kesusastraan yang berpelukan erat dengan dunia bahasa. Sedangkan karya sastra merupakan hasil karya manusia yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetik (keindahan bahasa) baik tulisan maupun lisan. Maka tak berlebihan jika dikatakan sastra adalah bahasa itu sendiri, dengan semua fungsinya yang telah diketahui.

Menguatkan pengertian sastra sebelumnya, bolehlah kita petik apa yang telah dikatakan oleh beberapa ahlinya, orang-orang yang telah ber-sas dan tra. -- Meskipun tidak selalu harus, pada beberapa keadaan sepertinya penting juga mengangkat teori sebagai sebuah pemahaman, untuk selanjutnya berpijak pada pemahaman lain yang lebih meluas, dari pola pikir dan pemahaman pribadi.

Plato menjelaskan Sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide. Aristoteles juga menyebutkan Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

Menurut Mursal Esten Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia, (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Selain itu Semi mengungkapkan Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Menurut Sumarno dan Saini, sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.

Dari beberapa teori sastra (sebagai sebuah pemahaman) di atas, pada satu titik kita bisa mempertemukan bahwa sastra adalah bahasa itu sendiri, yang memiliki fungsi terbesar sebagai alat komunikasi atau alat menyampaikan suatu maksud, ini tentu sejalan dengan sastra yang secara etimologi memiliki fungsi menyampaikan pengajaran (pengertian).

Seperti nyawa yang butuh badan, bahasa sebagai media sastra juga butuh media untuk menampilkan dirinya, antara keduanya tak bisa dipisahkan untuk tetap ada. Maka selain jemari yang menggenggam pena dan mengalirkan tinta (tulisan), lidah yang memperdengarkan suara (lisan), juga seluruh tubuh adalah media bahasa (bahasa tubuh), dan kesemuanya itu ... ada dalam dunia sastra, seperti juga sastra berada dalam seluruh medianya.

Bagaimana dengan Puisi?

Sebagai keturunan langsung dari sastra, dunia puisi adalah dunia kecil dari dunia yang lebih luas. Sebagai seorang anak, ia akan membawa gen-gen, darah, ciri-ciri dan identitas dari orang tuanya. Bagitupun puisi. Sebagai anak sastra (boleh juga dibaca: bahasa) yang berfungsi sebagai alat berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu, maka puisi juga dilimpahi amanat untuk mengemban fungsi tersebut. Kita tentu tak boleh menolak fungsi tersebut.

Tetapi karena puisi adalah "hal lain" dari sastra, seperti seorang anak dengan orang tuanya, tentu ia juga mempunya karakteristik dan ciri-ciri tersendiri.

-----

Kata puisi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, dari kata poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan poet dan poem. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. (Jadi kalau menurut sejarahnya, orang-orang yang berpuisi itu keren-keren ya. hehehe .... Mereka mempunyai sensitivitas yang tinggai dalam merekam segala tanda-tanda dan kejadian, serta mampu menuangkannya dalam media yang tepat.)

Dan dalam dinamikanya, puisi berkembang termasuk pemahaman banyak orang terhadapnya. Berikut beberapa pengertian puisi dari beberapa orang ahli:

1. Menurut Sumardi Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).

2. Menurut Herman J. Waluyo Puisi adalah genre sastra yang paling banyak menggunakan kata kias. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.

3. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.

4. Carlyle mengatakan bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

5. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkan atau diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

6. Dunton berpendapat bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara teratur).

Banyak sekali pengertian puisi, dan setiap ahli yang berkecimpung dengan dunia perpuisian boleh jadi mempunyai pemahamannya sendiri terhadap puisi. Tetapi dari semua cara pandang tersebut, seperti contoh di atas, tetaplah ada benang merah di antaranya, yaitu unsur unsur ide, pengalaman, perasaan, imajinasi, kata-kata yang tersusun secara kias, pesan dan kesan, juga bunyi dan lain-lain.

Dan bagiku sendiri, seperti yang pernah dalam tulisan lain kukatakan, secara umum, sebuah karya seni adalah sebuah keindahan, estetika jiwa dari senimannya, tak terkecuali puisi. Seni (baca: puisi) adalah sebuah karya bermedium bahasa dari hasil kreativitas manusia yang bersumber dari pengalaman hidupnya serta hasil sebuah perenungan, yang indah dan mengindahkan, imajinatif, dengan beragam bentuknya.

"Aku menyukai puisi, bukan hanya puisi yang lahir dari rahim kreativitas manusia-manusia ternama, tapi juga termasuk puisimu ... sahabat FB-ku."

Lalu, apakah pemahamanku terhadap puisi akan berkembang setelah "kuserap" puisi bagi mereka?

-----

Nah, kita tengok lagi ke sebuah "rumah", tempat langkah awal catatan ini ditulis ....

Sudah beberapa waktu ke belakang aku kurang banyak membuka beranda FB-ku meskipun aku sempat online. Hanya sesekali saja aku sempatkan. Hal seperti itu berlaku karena dalam masa tersebut aku lebih banyak menghabiskan waktu sempatku untuk mencermati dan berinteraksi di sebuah grup sastra tempat diriku dipercaya sebagai salah seorang adminstrator. Aku suka membaca puisi-puisi yang diposting di sana walaupun tidak semuanya.

Pada satu malam. Ketika itu aku ingin sekali jalan-jalan dan menikmati suasana yang lalu lalang di berandaku. Jadilah aku berkeliling. Pada beberapa status dan sempat kuletakkan jempolku di situ, barulah aku tersadar atau lebih tepatnya menyadarkan diri, "kok status-status yang berseliweran ini banyaklah puisinya ya?" Setelah lebih kucermati maka kuperkirakan setidaknya 70% dari status yang kubaca pada serentang waktu di malam itu adalah status puisi, catatan puisi, atau setidaknya status dengan kalimat-kalimat puitis. waahh.... (antara mikir dan tersenyum)

Lalu sebuah pertanyaan klise muncul (kembali), dan mungkin sebagian orang bosan mendengar pertanyaan serupa ini, "untuk apa kau menulis puisi".

Tapi pertanyaan tersebut tak mudah hilang, hingga malam larut sesisa ampas kopi. Aku mengantuk. Dan alhamdulillah aku tertidur dengan sebelumnya sempat menyampaikan doa. Tapi ketika pagi menjelang, pertanya itu kian lekat. Setelah sesekali browsing dan membaca-baca (lagi) tentang diri puisi maka kuberanikan menyampaikan tanya tadi malam dengan pengantar kalimat-kalimat yang serupa wacana; APA ITU PUISI BAGIMU, dengan harapan ada yang akan menjawabnya dengan; PUISI BAGI SAYA. Dan pertanyaan itu akhirnya kupilih untuk kusematkan ke wall grup GPRS, tempat biasanya lebih banyak waktu online-ku kuhabiskan. Tanggal 13 Juni 2014

Apa Itu Puisi Bagimu

Benar, sungguh yang kuharapkan adalah jawaban yang "seaku-akunya", yang murni keluar dari pemikiran dan keadaan mereka yang sebenarnya. Andaipun itu serupa teori, setidaknya mereka telah memahami dan menyepakatinya sesuai dengan pengalaman mereka.

Respon pertama yang kudapatkan berkaitan dengan "wacana" yang kulempar itu dengan manis sekali disambut oleh seorang sahabat FB-ku, setelah seorang sahabat yang lain bertanya tentang kabar. Adalah Oma Neska, orang pertama yang puisinya di-ASO-kan. (ASO adalah Apresiasi Sastra Online. Sebuah kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh admin grup GPRS setiap sabtu malam dengan mengangkat puisi-puisi untuk diapresiasi dan dikupas sebagai pembelajaran bersama). Oma Neska yang kuketahui termasuk seorang yang produktif dalam menetaskan karya puisi. Puisi-puisinya banyak bertema sosial kemasyarakatan, bahkan terkadang menyentuh wilayah politik dengan gaya pengungkapan yang cenderung satire. Tapi di sisi lain, seorang nenek yang masih "asyik" ini tak kalah mendayunya menuang kata dalam puisi-puisi bertema cinta, lebih lembut dan romantis dibanding puisi anak muda. Dan inilah komentar Oma Neska;

"Mas Karang,klo boleh berterus terang,bagi saya puisi itu merupakan penyaluran kata“ yg berdesakan di otak. Krn sy pengangguran,banyak waktu untuk mewujudkannya kedlm tulisan. sy hanya org biasa(sdh tuaa lagi...hehe..). Jadi gak mikir lagi ttg indah tidaknya tulisan sy. yg penting menuliiiiis terus. waah,bisa dimusuhi para sastrawan neeh...maaf"

Sebuah komentar sebagai satu jawabab yang asyik, bukan? hehehe... aku suka! Beginilah sebuah keterus-terangan, yang tentu akan memicu "tampilnya" keterus-terangan yang lain.

Langsung saja, sepertinya aku tidak bisa mengambil pola "per komentar lalu membahasnya satu per satu", akan kucoba merangkum kesemuanya dalam satu rangkaian tulisan (sub-catatan) saja yang akan menjadi inti dari catatan ini. Setelah Oma Neska, inilah sahabat-sahabatku yang berkenan memberi respon terkait "wacana" yang kulontarkan:

- Diani Noor Cahya: lukisan kecil dalam rangkaian kata-kata.

peranan imaji tetap berada di garis depan dalam proses berkarya, anggaplah teori sebagai nutrisi bagi imaji dalam pertumbuhan dan pengembangan gagasan yang masuk di otak kita.

- Winarni Dwi Lestari: bisa menyelami puisi yg keren adalah dunia tersendiri bagi saya, apalagi bisa menulis puisi sendiri. meski masih jauh dari memuaskan.
dalam puisilah aku merasa "hidup" mas Karang Indah..aku pengagum puisi dr kecil

- Taksa Entik Jaeman atau Itus Tacam: Isi dari kosong.nada dari keheningan.suara dari bungkam.kemerdekaan dari batasan.lukisan dari kisah.ukiran dari ungkapan.endapan dari kesendirian.masyhur dari perenungan.moksa dari kesederhanaan.surga dari kegersangan. dan.dan.dan...

- Novia Riska: Saya percaya setiap manusia memiliki puisi dalam dirinya, sastrawan ataupun tidak. Puisi itu adalah gambaran kehidupan, baik indah atau buruk, senang atau sedih, besar ataupun kecil, yang terucapkan ataupun tidak. Puisi yang telah diungkapkan ke permukaan dalam bentuk tulisan adalah semacam prasasti jejak kehidupan manusia di dunia. Puisi-puisi itu pasti mempunyai makna bagi penulisnya. Tapi puisi-puisi besar pasti bisa memberi makna bagi orang lain juga, yang menyentuh puisi dalam dirinya, menggugah kesadarannya dan mengingatkannya agar kehidupan tidak hanya seperti lembaran kertas kosong dengan nama yang melayang di udara, hampa.

- Eni Ratnaningsih Ningsih: Puisi bagiku adalah diriku, dan diriku adalah puisi. Ketika aku menulis tentang semesta, aku menuliskan diriku, meramu rasa dan buah pikiranku dengan kata-kata yang kadang tak cukup tepat memetakannya. Semesta itu aku, meliputiku. Pun ketika bicara tentang Tuhan, aku bicara tentang diriku, yang padaku Ia meliputiku hingga ke bagian terjauh di luar jangkauan akal pikiranku. Saat melukiskan kehidupan, itulah aku. Dst dst dst. Akulah puisi yang menulis puisi. Sesederhana itu.

- Southci Karena: Puisi bagiku teman hati ku, tinta penghilang jenuh, emosi yang sederhana, dan sutra yang bernada

- Rasca Muhammad: "selain merupa lubang extra di diri dengan kevitalan fungsi sama dengan lubang-lubang lainnya, puisi adalah nama lain dari kegelisahan. dibuatnya, tak jarang sampai 4-5 kali saya bolak balik dari kamar ke kakus untuk mencari satu saja patahan kata, padahal belum tentu ketemu. ini ciyus, lho

"puisi itu adalah salah satu kepanjangan tangannya anu yang sepakat dinamai 'hasrat'

puisi itu (de facto dan de jure) milik intuisi. sedangkan bagi homo sapiens ( versi barat ), yakni: kita, intuisi itu... ya seperti semacam indikator hidup tidaknya kita. so... (astaga! lagilagi) puisi itu adalah kita (you, you, dan you)! begitu pula sebaliknya. titek!

- Hayat Abi Cikal: Sayamah seperti umumnya saja, puisi buat saya; curahan hati, luapan emosi dan perenungan. Puisi seperti halnya hidup, dalam puisi ataupun hidup; kita bebas menjadi apa dan siapa tapi tetap berpatokan pada norma-norma atau kaidah yang telah ditentukan. Tapi satu hal yang sampai saat ini saya belum yakin, entah apakah sudah ada satu saja catatan saya yang sudah layak disebut puisi ...

*yang penting tersalurkan hobi sambil terus mencari dan belajar ..

- Hiruma Youchi: Puisi adalah hasil dari sebuah perenungan yang mendalam tentang apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan. Yang kemudian kita bumbui dengan imajinasi, untuk memperdalam makna dari perenungan yang kita lakukan.

- Hendro Susilo: puisi ntu medium rasa.

- Kelling Bae: puisi itu (bagiku/menurut pandangan awamku) adalah bentuk perasaan. dengan puisi (aku) bisa mengekspresikan semua perasaan. parahnya, terkadang aku tidak meyakini postinganku adalah puisi. tapi, aku bahagia telah menumpahkan semua emosi ke dalam postingan (tulisan tersebut) alhamdulillah bangettttt

- Anni Soetardjo: Puisi itu:

Pohon itu hijau
Pepohonan itu hijau
Kita terlalu sering melihat pohon hijau
Sehingga kita sering lupa bahwa
ada pula pohon berwarna merah
Tetapi bila semua pohon berwarna merah
Aku akan senang berkisah padamu
tentang pohon yang hijau
betapa indahnya dunia

--Kenzo Takada

Biarkan kata-kata berwarna merah itu diberi nama puisi, jika jiwa menemukan tubuhnya dan hasrat menemukan pengungkapannya, kita namakan pelabuhan itu puisi. Aku senang bertengkar denganmu, sembari mencari-cari nama dari anak-anak kata yang kita lahirkan dari pohon-pohon hijau; hal-hal biasa bagi mata orang lain, tapi istimewa di mata hati kita. Anak-anak sejatiku nanti mungkin berkata, “Mama mereka berkeliaran di rahimmu ribut sekali…”

Puisi itu salah satu cinta dan gairahku: betapa indahnya dunia!

- Nada Jingga SadViolin: makasih mas Karang Indah "Puisi bagi saya" lebih lengkap di tambah "Puisi dan FB" nafas saya...

24 jam Online berharap menemukan "puisi"

- Mohsyahrier Daeng: Puisi itu, aku, engkau, kita, kami dan semua isi alam semesta sebagai anugrah rahmat Illahi.

"Dan Kami menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, semuanya sebagai rahmat dari-Ny" (QS.45:13).
Maka..... "Nun, demi pena dan apa yang mereka tulis" (QS.68:1).

Rahmat Illahi yang ditulis atau dilisankan itulah PUISI, sehingga puisi identik dengan keindahan. Tanpa keindahan tidak akan bisa mengenal-Nya.

- Nedy: Aduhai puisi

Merangkai kata
Melipat rapi segala isi hati
Beberapa kali kudapati melukai
Keindahan mana yang tiada membuai

Begitu keindahan puisi kadang melalaikan kadang menumbuhkan kebanggaan yang mendekati kesombongan atau sesuatu perasaan yang menjadikan diri beranggapan ini lah hasil buah pikiran usaha dan kerja keras mengupulkan imaji.
Kadang jarang kita mengawali menulis dengan basmallah dan memgakhiri dengan hamdallah. Bukankah inspirasi itu terbit dari ALLAH.
mas. Kalau diajak membedah tubuh puisi saya dari dulu dibelakang.
Sementara puisi menurut saya enak nikmat tapi kadang melalaikan.

- Dimas Arika Mihardja: (sebuah tulisan yang cukup panjang tentang Konsep Teks Puisi, yang disimpan dalam catatan lain yang terpisah.-- Red-)

- Pena Riu: Bagi saya #puisi adalah sebuah lukisan dari kata-kata yang maknanya dapat lebih luas dari hanya sebatas luas media lukisnya. Bahwa #puisi itu adalah salah satu karya seni maka #puisi itu haruslah memenuhi nilai-nilai seni dan harus dapat menanggung segala konsekuensinya sebagai karya seni.

abtraksi dengan angka2 itu ya Statistik, abtraksi dengan garis dan warna ya Lukisan, abtraksi makna kata kata ya puisi. ini tambahan aja.

- Redd Joan: Kalau menurut saya puisi itu sesuatu yang penuh kecantikan anggun kejam damai dan bebas.
Terlepas dari unsur unsur yang mengatur makna puisi didalamnya.
Ketika aku berpuisi nikmatnya seperti sedang bercinta.
Dan ketika membaca puisi milik orang lain aku merasa langit itu luas.

Ya. Bagi sebagian kita ada yang tidak terlalu pandai bicara secara lisan untuk mengungkapkan rasa, tapi begitu lincah berkata kata dalam puisi.

Asyiknya puisi itu adalah maknanya yang berganda.

Dari ungkapan dibawah ini jadi banyak arti dari sudut pandang pembaca.

"Aku tidak suka satu mangkok sup iga sapimu itu..!
Kemarin bapak camat bicara lain waktu upacara adat
Pergilah
Nikmati mangkokmu ditanah lapang sana"

Aahh.. Aku masih sangat awam menaruh makna kalimat.
Beruntung bisa berada diantara yang sama minat.

- Muhammad Lefand: Puisi adalah kata-kata unik yang dibuat sesuai selera tapi punya kekhasan tersendiri, dan siapapun bisa membuatnya sesuai selera yang diinginkan.

- Rangga Alvino Deanova: ~

PUISI 1

Aku, getar hasrat
membuncah di nadi penyair

R A D-01052014

Puisi 2

Bentang rimba beribu rupa
beranak-pinak berjuta kata

Stg, 25052014
R A D-Pijarpuisi

jika ditanya arti puisi bagi saya mungkin tak jauh-jauh amat dari puisiku di atas. Puisi bagi saya pribadi adalah sebentuk ''pengucapan diri secara total '' dengan bahasa yang tidak biasa/simbol atas refleksi dari pengalaman nyata maupun batin.juga sebagai buah kontemplasi yang dituang dalam keindahan kata yang. mempunyai kedalaman serta keluasan makna.

- Hendrie Cherbon: puisi bagi saya adalah penuangan rasa yg dimiliki oleh diri sendiri atau orang lain berdasarkan pengamatan dan penglihatan, dan itu dibentuk melalui tulisan. tidak jarang dari kita menuliskan hal "sepele" berbentuk curahan hati yang menyentuh pembacanya. puisi itu kebebasan mengekspresikan sesuatu yg dirasa dan dilihat. ada yg secara gamblang menuliskannya, ada yg menyamarkan maknanya, bahkan ada yg hanya bisa dimengerti oleh penulisnya saja. itu tergantung dari nilai intrinsik dan extrinsik puisi itu sendiri. buat saya puisi yg baik adalah puisi yg bisa dinikmati juga oleh pembacanya.

- Yon Joan: menurut saya puisi bisa diartikan atau didefinisikan dgn bidang2 ilmu pengetahuan lainnya yg lebih mirip ke pengandaian, ibarat, seumpama, semisal. kira2 gitu ya mas

- Eska Wahyuni: ah sudahlaaah...dari pada sakit kepala mengikuti dan memikirkan segala macam perdebatan dan teori sastra (puisi) itu, mending saya langsung saja 'bertindak': baca dan tulis! segala teori yg cantik, segala definisi yg unik itu nggak ada pentingnya kalau saya tidak bisa membaca dan apalagi menulis satu puisi (walau pun bagi orang lain, apa yg saya tulis itu mungkin hanya semacam status gombal yg diberi judul dan titi mangsa belaka.....tapi e ge pe lah! suka2 saya, wong saya yg nulis. kalok sampeyan tidak suka, ya tulis puisi sendiri sana!)

- Gie: puisi sederhana kok Kang, tapi makin lama makin rumit memahami Puisi... he he.

sederhananya, ingin mengungkapkan sesuatu tapi pakai simbol, biar orang gak ngerti. Anehnya orang-orang penasaran ha ha

- Topik Hidayat: Adakah penguasa puisi??? Kalok ada aku mau minta ijin bikin puisi yg ngak ada salah,,,

- Oscar Amran: puisi itu unik, bukan bahasa lazim, itu yang membedakannya dengan bahasa keseharian. puisi lahir dari ragam peristiwa, di dalam dan di luar diri. dengan kekuatan pikir (daya jelajah otak) lalu bersirnergi dengan daya renung (olah batin) sang pengkarya, memberi ia hidup (ruh) dan mengendap berapa waktu sebelum lahir menjadi anak2 bahasa. teori sastra adalh tuntunan (struktur puisi, dsbnya), juga pentingnya kaidah bahasa, meski puisi adalah bahasa bebas.

- Galih Gong: puisi itu adalah dunia yang ku jelajahi lewat kata-kata.

- Alif Dede: Puisi? Menurut saya (seharusnya) hasil buah pikir & renungan. Terlepas & tergantung dari apa yang dipikir & direnungkan

- Kembara Langit Senja: Puisi membuat siklus kehidupan itu menjadi bermakna lewat rangkaian aksara bijak dan mendidik

- Astry Anjani: puisi adalah anak hasil dari perkawinan pikiran, keinginan, dan imajinasi. ia lahir dengan begitu bening ketika hening. ia adalah diri yang melekat pada rohani. jiwa yang menginginkan kemerdekaan hakiki. salam puisi

-  Setiadi D. Saputra: Puisi adalah semesta estetika yg dihuni oleh makhluk bernama kata yang bernabi diksi dan malaikat imaji.

- Alfi Syahri Robbayani: Puisi itu pintu, setelah kita buka dapat melihat segalanya.
Sederhananya puisi itu (bagi saya) pintu untuk kita melihat baik dan buruk. Pada tingkat lanjut (masih bagi saya) puisi itu sumber pencerahan, disana (dalam puisi) kita bisa menemukan "sesuatu" yang dapat memberikan kebaikan karena dalam proses penciptaan puisi itu melalui perenungan yang bisa dipastikan banyak mempertimbangkan tntang kehidupan. Kehidupan saat ini ataupun nanti.

*) Dengan beberapa komentar yang akan menjadi catatan, terutama tentang yang berkaitan dengan teori: pesan dan kesan tentang teori atau penting tidaknya teori dalam (ber)puisi.

-----

Apakah Setiap Orang Suka Berpuisi?

Sebuah pertanyaan yang jawabannya sudah pasti; tentu tidak! Begitu juga jika sebuah puisi selesai ditulis, belum tentu semua orang akan menyukainya,dan kalaupun banyak yang suka, belum tentu punya rasa suka yang sama. Seperti pada diri sendiri, misalnya, setiap orang akan menyadari dan (mungkin) menghargai bentuk tubuhnya, tapi belum tentu ia menyukai, misal, hidungnya yang pesek, badannya yang kerempeng, kulitnya yang berdaki .... (maaf. hehehe... ). Maka dengan rasa inilah, ia tidak akan menonjolkan hal yang (sadar tak sadar) tidak atau kurang disukainya. Begitupun dengan puisi. Dengan kekuatan bahasa yang lemah orang akan menarik diri untuk tidak berpuisi. Tetapi ini pun tidak semua. Pada beberapa orang yang menyadari dan menghargai, kekurangan (bagi sebagaian banyak orang lain) itu justru menjadi kekuatan yang bisa ditampilkannya dengan cara yang berbeda. Yati Pesek, misalnya.

Begitulah puisi tampil. Atas sebuah kesadaran untuk menampilkan dirinya. Sebagai sebuah anugerah dari kejujuran.

Membaca arti puisi bagi banyak sahabat dari dunia maya ini, membuatku mencoba mencari benang merah, bukankah mereka orang-orang yang sama-sama suka puisi dan berpuisi?

Dari 33 responden yang kusebut sebagai nara sumber yang berkenan, benang yang paling merah terlihat adalah bahwa puisi adalah tempat menuangkan perasaan yang dibungkus dengan kata-kata yang imajinatif. RASA dan IMAJINASI.

Rasa, adalah sesuatu yang timbul di dalam diri atas respon dari luar diri. Yaitu apa yang dilihat dan didengar, juga semua yang ditangkap oleh indra manusia.

Dengan kalimat lain bahwa rasa adalah gejolak yang timbul dalam diri manusia yang dipicu pengalaman indrawi. Dari gejolak inilah kemudian timbul hasrat untuk menyalurkannya. Misalnya, respon ini tampak ketika mata dan telinga menyaksikan peristiwa yang menyedihkan maka pada satu titik bisa saja air mata menitik, bila menyaksikan hal yang lucu kita tersenyum dan tertawa, dan lain sebagainya. Maka pada tingkat yang lebih tinggi, reaksi ini tak cukup hanya terjadi pada hal alamiah tubuh, jiwa menuntut hal yang lebih. Nah, bagi orang-orang yang berkekuatan bahasa, atau orang-orang yang menyadari kekuatan bahasa sebagai media menyampaikan maksud, maka ia akan menyalurkan rasa tadi lewat media bahasa.

*) Pada pikiran (ide) yang disalurkan lewat kekuatan bahasa bisa juga bahwa pikiran adalah respon otak dari rasa yang timbul akibat sebuah pengalaman indrawi atau sebuah peristiwa.-- Red.

Ketika manusia memilih kekuatan bahasa untuk menyampaikan rasa (termasuk pikiran)-nya, dari sana orang lain juga akan bisa membaca karakter (sikap) dirinya selain peristiwa yang dialaminya. Pada puisi sebagai media pilihan, sesuai dengan banyak pendapat dari para responden, maka itu akan disampaikan secara imajinatif, yang memuat pesan dan kesan dari rasa (peristiwa).

Di sinilah perbedaan yang paling menyolok dari karakter puisi dibanding karya-karya sastra yang lain, yaitu lebih imajinatif.

"Lewat karya puisi sebagai media menyalurkan rasa dari sebuah peristiwa, penyair akan mengajak rasa dan pikiran pembacanya untuk mengembara."

Sampai titk ini, puisi adalah ungkapan rasa dan imajinasi dari penyairnya.


Kemudian dari benang merah itu juga terbaca arti lain puisi selain rasa dan imajinasi yang juga kental bahwa puisi adalah refleksi diriku, dunia kecil sebagai teman di dalam diriku yang membuatku merasa hidup. Puisi, adalah aku, dan hidup itu sendiri.

Jika direnungkan lebih dalam, arti lain puisi ini juga adalah hal lanjut dari arti puisi sebagai (ungkapan) rasa. Sebab rasa itu sejatinya adalah "aku banget", individual sekali. Meskipun ada ungkapan seperti rasa kebersamaan, hal itu juga muncul sebagai kolektifitas dari penerimaan rasa secara pribadi.

Maka pada titik lanjutan ini arti puisi mulai meningkat, adalah ungkapan rasa, ekspresi jiwa penyairnya, sebagai eksistensi dirinya dari refleksi sebuah peristiwa kehidupan, atau sebuah dunia kecil, yang disampaikan secara imajinatif.

Makin kerenlah arti puisi... hehehe. Pada titik ini kupikir, ia telah mampu mendekati arti puisi dari para ahli yang bisa dibaca dan dipahami sebagai sebuah teori.

Teori (?)

Inilah selanjutnya. Setelah menyadari bahwa puisi itu adalah anak (baca: karya), yang menurut sejarah adalah yang tertua dari sastra. Sedangkan sastra adalah (boleh jadi) refleksi tertinggi dari bahasa. Maka mulailah ada dari 33 orang para peng-arti puisi di atas yang bertanya-tanya, "sudah layakkah puisiku?", atau "sudahkah layak puisiku disebut puisi?". Dalam arti puisi yang lebih dalam sebagai refleksi dan eksistensi diri, sebagai hidup itu sendiri, maka pertanyaan itu bisa saja sebagai sebuah perenungan, "sudah layakkah hidupku?", atau, "sudahkah layak hidupku disebut hidup."

Dari kesadaran akan (ber)bahasa tersebut maka mulailah muncul arti puisi sebagai sebuah estetika bahasa.

Bahasa, secara literal adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa memiliki seperangkat kaidah di dalamnya. Jika hanya merujuk pada fungsi terbesar bahasa sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dan menyampaikan maksud, maka berbahasa cukuplah agar tercapai sebuah komunikasi yang timbal balik dan tercapai maksud. Tapi ketika ia tersampai sebagai sebuah estetika, maka sungguh bahasa adalah sebuah bahasa yang berkaidah. Dan Penyair, adalah orang-orang yang berestetika dalam bahasa. Dengan kata lain, dalam estetika bahasa penyair akan tergambar estetika jiwa penyair. Meskipun estetika dalam arti kaidah itu ditabrak oleh kreativitas seorang penyair, tentu saja hal itu tidak keluar dari rel untuk mencapai estetika (ber-) bahasa yang lebih tinggi.

Untuk sebuah kreativitas mencapai estetika bahasa yang lebih tinggi, maka teori adalah pijakan, adalah anak tangga untuk mencapai anak tangga lain yang lebih tinggi, yaitu sebuah pola pemahaman pribadi.

Maka bergunakah teori? Pembacalah yang akan menjawab dari hatinya sendiri.

Pada puncak 33 (semoga ini istilah yang cukup keren dan bisa diterima) :) : Puisi adalah ungkapan rasa atau ekspresi jiwa penyairnya, sebagai eksistensi dirinya dari refleksi sebuah peristiwa kehidupan--atau sebuah dunia kecil, yang disampaikan secara imajinatif lewat estetika bahasa.

*) Dan juga semoga ini bisa diterima sebagai sebuah pemahaman yang mampu menyejajari arti puisi dari para ahli sebagai sebuah teori. aamiin ....


PUISI, HIDUP, RELIGI dan JAMAN

Ada hal tak kalah menarik dari pengungkapan arti puisi bagi para responden tersebut. Pertama, puisi dan FB (facebook) sebagai sebuah social network media.

Karena karya sastra juga adalah refleksi dari sebuah peristiwa atau fakta, maka di dalam karya sastra juga termuat identitas kejamanan. Maka tentu tak berlebihan ungkapan yang menyatakan; untuk lebih mengenal sebuah jaman maka bisa dilakukan dengan mendekati sastranya.

Kita tentu lazim mendengar istilah "sastra maya", yaitu sastra yang tumbuh di dunia maya. Karya-karya sastra dengan sangat mudah sekali dipublikasikan lewat media jejaring sosial. Orang-orang pun dapat dengan mudah membacanya. Bisa saja, dari para pembaca ini yang sebelumnya tak mengenal sastra, tak mengenal puisi (bagaimana pula bisa suka?), akhirnya menyukai sastra dan mulai menulis dan menjadikannya sebuah karya sastra. Banyak penyair yang akhirnya berkembang dan lebih berkembang lagi tulisannya dalam dunia maya.

Tak bisa disangkal, dari dunia maya, banyak tumbuh kekaguman kepada para pesastra. Lewat dunia maya, orang-orang akan dengan mudah bisa menemukan pesan yang bermakna dan kesan keindahan dalam dunia sastra.

*) Untuk istilah sastra maya ini ada yang pro dan kontra. Sastra adalah sastra. Maya hanyalah media kejamanan. Tapi meskipun begitu, istilah sastra maya sudah menjadi sebuah keumuman.

Hal yang kedua; adalah keterkaitan religiusitas dan sastra (pesastra), dan kebergunaan dari karya sastra.

Secara hakikatnya sebagai makhluk, manusia akan selalu mencari Tuhannya. Meski kadang hakikatnya tak disadari atau diabaikan, tapi tak bisa diabaikan peranan agama sebagai kekuatan pembentuk karakter manusia. Di dalam hati manusia (atheis sekalipun) akan menyadari adanya kekuatan adi kodrati di atas manusia. Dalam "tokok 33" di atas, ada tokoh yang menyentuh kesadaran religiusitas itu dalam diri penyair.

Kembali pada karakteristik khusus puisi yaitu "imajinatif", juga untuk menyambut "ajakan" religiusitas di atas, bolehlah kupetik sebagian dari ayat Al-qur'an (Fushshilat: 53) yang berbunyi; "Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, ... "

Maka dalam arti luas, pada setiap diri manusia dan seluruh alam semesta serta kejadian-kejadian ... adalah "tanda-tanda".

Tanda-tanda inilah, jika dimasukkan ke dalam dunia puisi yang imajinatif, maka kata-kata (diksi), baris dan bait dalam puisi adalah tanda-tanda, simbol, ataupun lambang yang akan membawa rasa dan pemikiran pembacanya mengembara untuk kemudian mampu menemukan keluasan makna di dalamnya.

Kemudian hal kedua yang secara agak khusus ingin kuungkapkan adalah tentang kebergunaan karya sastra. Maka kupetik saja salah satu pendapat di atas;

"Saya percaya setiap manusia memiliki puisi dalam dirinya, sastrawan ataupun tidak. Puisi itu adalah gambaran kehidupan, baik indah atau buruk, senang atau sedih, besar ataupun kecil, yang terucapkan ataupun tidak. Puisi yang telah diungkapkan ke permukaan dalam bentuk tulisan adalah semacam prasasti jejak kehidupan manusia di dunia. Puisi-puisi itu pasti mempunyai makna bagi penulisnya. Tapi puisi-puisi besar pasti bisa memberi makna bagi orang lain juga, yang menyentuh puisi dalam dirinya, menggugah kesadarannya dan mengingatkannya agar kehidupan tidak hanya seperti lembaran kertas kosong dengan nama yang melayang di udara, hampa."

(Aku sempat agak tergetar membaca ini, walaupun dengan bahasa yang lain aku juga pernah membacanya dan juga pernah memikirkannya). Di sinilah nampak, ada kesesuaian antara religiusitas yang terselip dalam dunia puisi (yaitu kesadaran akan hakikat diri), dengan puisi sebagai rekaman peristiwa (identitas kejamanan. hidup penyair, juga jaman dalam hidup penyair), serta kebergunaan dari karya sastra yang menyangkut eksistensi diri penyairnya.

mungkin, hanya segelintir penyair, yang dalam identitas kepenyairannya itu terdorong atas kebergunaannya bagi orang lain. Sebagian lagi ada hanya untuk kepuasannya sendiri, maka jadilah, kata tinggal kata ....

"Tapi bagi mereka yang menyadari, puisi adalah eksistensi diri penyairnya. Ketika yang lain pergi atau meninggalkannya, atau ia tak mampu merengkuhnya ... puisi ada. Ia setia. Menjadi teman berbagi napas. Itulah mengapa mereka merasa hidup. Sampai akhirnya, mereka sesungguhnya hidup. Karena bahasa mereka memuat sesuatu yang hidup. Dan tidak ada manusia yang tak ingin berguna ...."

Banyak karya-karya sastra sebagai rekam jejak sebuah jaman, dan sebagian mampu melintasi jamannya, tetap mampu kontekstual dan beradaptasi (diterima) dari jaman ke jaman. Yang akhirnya juga menghidupkan nama penyairnya.

Mungkin terlalu berlebihan jika kita menulis hanya untuk hal yang tampak "terlalu besar" tersebut. Tapi ini, seperti hal yang lain juga, sederhana, bukan hanya sekedar tentang besar dan kecil, kita hidup, membaca dan berkaca, lalu ada hal lain yang bisa ditampilkan sebagai sebuah sisi yang indah dari dunia ini yang beragam rupa. "Bacalah!" Maka sebenarnya dunia ini adalah bahasa yang bisa kita baca.

Maka setelah selesai membaca, perlukah lagi kita masih bertanya, "kenapa aku, kita, mereka ... menulis (puisi)?"

Menulislah ... dan bergunalah ...!


Salam Sastra!

Bekasi, 24 Juni 2014
-----------------------
*) Sumber: Dari beberapa sumber terbuka di internet

**) Special thanks to:

- Para pegiat sastra (terutama sastra maya), Mas Dimas Arika Mihardja, Bang Jurnal Sastratuha Hudan, dan lain lain nama yang tak kusebut satu persatu. Dari kalian aku bisa belajar lebih mengenal dunia sastra.
- Para Responden yang telah berkenan untuk memberikan pandangannya. Kalian keren ...
- Para sahabatku tersayang semuanya
- Astry Anjani; adamu memberi tenaga lebih bagiku hingga mampu kuselesaikan catatan ini (yang semacam esai atau terserah orang untuk menyebutnya dengan istilah apa). love u ....
- dan orang-orang yang membuat aku ingin ada. i miss u ....

Semoga bermanfaat.

Alhamdulillah.


BAMBANG IRAWAN, PENYAIR



(ilustrasi 104likes/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)

Comments