CATATAN DARI PERDALAMAN KALIMANTAN: DI PERBATASAN AKU TETAP RUPIAH



Ini adalah catatan perjalanan kegiatan antiad atau KJN Mendidik yang dilakukan Komunitas Jendela Nusantara (KJN)  Di perdalaman Kalimantan Utara. Mereka melakukan literasi mata uang sekaligus wawasan kebangsaan Indonesia.

Bergerak dari visi dan misi Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas perekonomian, KJN Kaltara bersinergi dengan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Utara untuk turut serta mewujudkan hal tersebut dengan memberikan edukasi tentang rupiah dan melakukan penukaran Uang Rupiah Emisi 2016 di 5 Desa 4 Kecamatan, Kabupaten Nunukan. Menanamkan cinta rupiah pada siswa di sekolah juga pada masyarakat umum di desa dengan tajuk “Di Perbatasan Aku Tetap Rupiah”.


Berbekal Training of Trainer dari pihak Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Utara kepada Tim Antiad beberapa waktu sebelum Antiad dilaksanakan. Setiap desa Antiad terdapat satu sesi sosialisasi uang rupiah tentang pentingnya menjaga rupiah tetap baik, cara menjaga uang rupiah, tingkat kerusakan uang yang bisa ditukarkan, membedakan uang asli dan palsu dengan cara 3D pada uang rupiah Emisi 2016 serta pentingnya mencintai rupiah sebagai simbol kedaulatan NKRI. Kegiatan dilaksanakan dengan mengundang warga melalui kepala desa untuk duduk bersama di Balai Pertemuan Desa untuk kegiatan sosialisasi rupiah sekaligus ramah tamah dan menyambung silaturahmi.



Dalam pelaksanaan sosialisasi di lima desa, warga terlihat sangat antusias mengamati pemateri dari Tim Antiad menjelaskan tentang rupiah. Bagian yang paling menarik adalah cara membedakan uang rupiah asli dan palsu. Dibantu relawan yang lain, tim menyebar ke masyarakat yang duduk berkelompok. Dengan membawa uang rupiah emisi 2016, relawan lain bertugas memperlihatkan langsung kepada masyarakat bagaimana fisik uang dan bagaiman cara membedakan dengan uang rupiah palsu. Masyarakat mulai bergantian melihat, meraba dan menerawang uang rupiah yang dibawa para relawan. Sebagian mengangguk menandakan kebenaran yang disampaikan pemateri, sebagian lagi takjub dengan detail keamanaan uang rupiah emisi terbaru itu.



Ketika sosialisasi dilakukan pada malam hari, Tim Antiad melaksanakan penukaran uang rupiah emisi tahun sebelumnya ke uang rupiah Emisi 2016 yang masih jarang beredar di desa pada keesokan harinya. Kegiatan penukaran uang kembali dilakukan dengan memberi informasi pada warga tentang cara agar menjaga uang rupiah tetap baik dan tidak lusuh. Warga datang ke tempat yang telah ditentukan. Penukaran hanya dilakukan untuk uang rupiah emisi sebelumnya. Banyak warga yang membawa uang emisi tahun 1992 bahkan uang emisi 1985 untuk diperlihatkan dan sebagian ditukarkan dengan uang pribadi relawan. Uang lusuh, uang robek, uang dimakan rayap bahkan uang yang didapat warga tertimbun lumpur saat musibah banjir menimpa desa mereka beberapa bulan yang lalu. Dari anak kecil yang menukarkan uang jajan dengan pecahan Rp. 2000,- hingga nenek dan kakek yang menyimpan uang lusuh mereka di dalam toples. Uang lusuh sudah terganti dengan uang rupiah baru.



Adik adik di sekolah juga mendapatkan informasi yang sama mengenai uang. Menanamkan rasa cinta rupiah daripada mata uang lain. Dengan mempersiapkan alat peraga uang, kegiatan cinta rupiah masuk dalam bagian wawasan kebangsaan. Tim Antiad menjelaskan warna, nama pahlawan serta lokasi wisata dan bersejarah yang ada di setiap pecahan mata uang. Menjaga uang agar tetap rapih dan tidak lusuh.  Mencoba menyebutkan nama pahlawan yang ada di mata uang dengan terbata bata karena nama nama yang cukup asing di telinga mereka. Menjelaskan betapa indahnya tempat tempat yang ada di mata uang dan lokasinya.



Edukasi rupiah akan tetap berlanjut, tidak hanya saat kegiatan KJN mendidik namun Tim Antiad bertekad mengkampanyekan cinta rupiah pada sekitar dan dimulai dari orang-orang terdekat.
Cintai Rupiah, Cintai Indonesia.
Terima kasih, Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Utara.

(Muthmainna Laintang, Komunitas Jendela Nusantara/ KJN Kalimantan Utara)

Comments