Bunda Maria, malam ini, di antara rindu ranum terperam waktu, kita sua di relung cinta. Ditingkahi kecipak ombak membentur pantai, sekian lama kita bermuka-muka di sahaja meja. Dan ditemani derak geladak dan palka kapal diterpa angin berderai, berbilang kala kita coba bertukar kata-kata bersepuh emas doa.
Bunda Maria, kita minta ingatan bersuka-suka, suguhkan indah kenangan rupa-rupa, lantas kita santap bersama seperti menyantap remah roti diurapi doa. Larut yang beringsut bersama angin laut kini membuat kita tangkas mengudap makna. Dan bukan kantuk atau kelu memenjarakan kita, bukankah begitu Bunda Maria? Sebab kenangan adalah jalan lempang yang menautkan hidup dengan kesukacitaan manusia. "Maka, kenangan indah semata, bukankah begitu ya Bapa?", telingkah Bunda Maria.
Bunda Maria, malam ini, di antara rimba rindang kenangan yang menggairahkan jiwa, kita jelajahi malam dengan mengalahkan usia. Dan kita tebarkan bahak tawa di langit pantai Ende yang tampak ceria. "Bapa, malam ini kita baku suka dalam berkat Tuhan yang menaburkan cahaya cinta", ucap Bunda Maria. "Di langit kota Ende yang tabah menjalani sejarah hidup penuh warna, yang begitu cerah seperti sejarah kota Ende yang luar bisa", timpalku seketika.
(ilustrasi sesawi/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment