AKULAH RAKYATMU
Akulah rakyatmu, sejak berabad-abad lalu
kini kembali memercayaimu
memimpin kami yang beratus juta
beratus juta mengantar tanah air ke pundakmu
dengan hormat namun sangat lantang aku berkata:
jangan lalai, jangan kibuli kami lewat janji-janji
Akulah rakyatmu yang amat paham arti penderitaan
amat paham akibat terjangan banjir dan gempa
sangat lelah tapi tetap rajin membayar pajak
selalu cemas tapi tetap menanggung beban utang
tetap menantang harga-harga yang melambung
lalu nanti kembali lagi memilihmu
lantaran tergoda janji dan rayuanmu
Akulah rakyatmu yang tetap dan selalu saja percaya
akan munculnya pemimpin yang lebih baik lagi
tapi ternyata banyak benar masalah yang tak pernah selesai
Akulah rakyatmu banyak menganggur
Akulah rakyatmu yang banyak tergusur rumahnya
Akulah rakyatmu yang menyaksikan koruptor berkeliaran
Akulah rakyatmu yang tak pernah cukup biaya menyekolahkan anak-anaknya
Akulah rakyatmu yang bila jadi pegawai negeri gajinya hanya cukup seminggu
Akulah rakyatmu yang dirayu, dimanja, dijanji kalau pemilu tiba lagi MN
Akulah rakyatmu yang takkan berhenti jadi rakyat
karena akulah rakyatmu yang punya tanah air ini
Akulah rakyatmu yang selalu teguh dalam berjanji
untuk selalu setia pada negeri tercinta ini
Akulah rakyatmu yang tabah menyimpan air mata duka
Akulah rakyatmu yang senantiasa berdiri di sini
tegak dan mata menatap ke depan ke jantung harapan
Akulah itu, rakyatmu
di mana gerangan engkau, wahai, pemimpinku
Jakarta, 11 Juli 2004
*(dari buku BADIK, hal 343 - 344)*
(ilustrasi pixabay/ yuk lanjut ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk setiap informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment