SEORANG GURU DAN SEBUAH PAGI: CERITA PENDEK INDRIYANI VOLUNTIRI AZIEZ, SLEMAN




"Masih hujan, mom. Nih, pake mantolnya."

Saya segera mengenakan mantol permen warna kuning tanpa bawahan.

Di sepanjang perjalanan kami masih membahas perbincanganku dengan Sang Guru. Aku hanya mengulang apa yang aku sampaikan pada Sang Guru Dan tentu saja langkah strategis untuk memperbaiki proses yang sedang dialami anakku.

Hujan makin deras. Celana panjangku mulai basah.

"Keknya harus beli mantol. Nanti brenti di Toko pas perempatan Bangjo ya?" Usulku.

Suamiku menghentikan montornya di depan Toko. Aku masuk, memilih mantol yang besar kolong celananya.

Apesnya, celana mantol baru itu kekecilan! Tidak mau Naik sampai atas! Hanya nanggrok di pangak kaki bagian atas, sangking melarnya perutku!

"Gimana ini, pi? Sesak banget." Keluhku.

"Nggak apa-apa, yang penting ketutupan kakinya." Hibur suamiku.

Akhirnya dengan menahan ketidaknyamanan kami melanjutkan perjalanan. Gimana sih rasanya perut gendut dipres celana kekecilan. Beuuuh, bener-bener sesak terasa. Perjalanan Belum ada separuh dari tujuan.

Hujan belum menunjukkan mau reda. Sampai di daerah perbatasan Jogja-Magelang.

"Gledhek gledhek gledhek." Motor kami oleng.

"Yaaa, mom. Ban bocor." Suamiku menepi.

Aku tertegun sejanak melepas suamiku menuntun montornya mencari tempat tambal ban. Ah, betapa baik Engkau yaa Allaah. Langsung menghadapkanku dengan kenyataan yang Indah pagi ini.

Perjuangan demi anak, keikhlasan melewati perjalanan pagi ini, kekuatan untuk terus melangkah, Dan menikmati hujan bersama kekasihku. Kekasihku yang penyabar, pengertian, Dan mau berpeluh bersamaku. Alhamdulillaah atas kesempatan ini.

Aku tunggu suamiku di teras Toko yang belum buka. Kulihat suamiku menyeberang jalan, ban masih gembes.

"Orangnya nggak ada. Ganti ban aja ya?" Kata suamiku. Aku mengangguk.

Setelah menemukan bengkel untuk ganti ban, kami menunggu beberapa menit. Selesai juga.

"Pi, bisa tukar celananya nggak? Ini nggak enak banget." Aku minta tukar celana mantol baruku dengan celana mantol suamiku yang sepertinya lebih longgar.

Ah, lega. Tidak terjepit lagi pangkal kakiku bagian atas. Yeah, perjalanan dilanjutkan. Tunggu aku anak-anakku yang baik.

****
Tugas sudah aku titipkan temanku untuk kelas ampuku. Jadi. Sampai di sekolah, aku langsung menuju kelas ampuku.

"Glodhak, glodhak. Praang."

Belum sampai aku ke kelas, aku dengar suara benda-benda disempatkan dengan keras.

"Bu Indri, bu indri, bu Indri." Sekilas suara murid-muridku terdengar melihatku dari balik jendela kelas.

"Yaa, Allaah Ana apa iki?" Sontak saya berseru melihat kursi teronggok di depan kelas.

"Itu bu, dia nglempar saya pake kursi! Padahal saya nggak ngapa-ngapain. Saya cuma lempar buku ke teman sebelahnya Karena mau pinjam. Tapi nggak sengaja kena dia. Lagian nggak keras kok." Kata seorang murid perempuanku bersemangat.

Aku tersenyum. Aku dekati murid laki-laki yang dimaksud murid perempuanku. Kelasku memang unik. Selalu mengingatkanku pada anakku Ajib dengan karakter uniknya. Batu dilawan Batu tidak akan melunakkan, tapi menghancurkan. Aku harus menjadi air.

"Piye ta, Le sakjane?" Aku elus-elus punggung murid laki-lakiku itu untuk meredam amarahnya. Mukanya yang bersih terlihat bersemu merah Karena marah.

"Temanmu tidak sengaja melakukannya." Ucapku pelan.

Aku meminta murid perempuanku untuk meminta maaf. Karena meminta maaf itu tidak berdosa. Murid laki-lakiku pun aku minta untuk minta maaf pada murid perempuanku. Mereka bersalaman.

"Nah, sesuk meneh, nek arep dha silih-silihan barang diparani uwonge. Aja diuncalke." Aku tutup cerita pagiku pada anak-anakku.

Yaa Allaah, Engkau Maha Pengasih. Kasihilah anak-anakku dengan kasih sayangMu, lindungilah mereka, semoga mereka termasuk golongan orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Semoga mereka termasuk golongan orang-orang yang beruntung. Aamiin.

_tidak ada yang kebetulan_
Ngaglik, 24 November 2017


++++
INDRIYANI VOLUNTIRI AZIEZ,  adalah alumni MAN Yogyakarta 1 dan S1 Sastra Jawa UGM. Sekarang mengabdi jadi guru Bahasa Jawa di SMPN 2 NGAGLIK, SLEMAN.

Comments