Mas Itok mengenakan tutup kepala berupa bangkon di kuliah pascasarjananya malam ini. Sesuatu yang tak biasanya bagi teman-teman sekelasnya. Heboh, sudah pasti. Seru, memang begitu. Ada beberapa alasannya kenapa ia mengenakan blangkon. _Pertama,_ cuaca sore itu sedang hujan, sementara kondisi badannya kurang fit. Biasanya, dalam kondisi yang kurang fit ia akan mudah meriang jika kepalanya terkena air hujan. Maka blangkon adalah solusinya. _Kedua,_ karena blangkon adalah penutup kepala. Dan menutup kepala dalam islam adalah sunnah rosul. Jadi, sunnah rosul bukan semata aktivitas di malam jumat saja. Kenapa bukan peci? Iya, ia memilih blangkon karena 'lebih aman'. Peci hanya akan membatasi gerak-geriknya. Baginya, sungguh sangat merugikan jika ada wanita seksi nan sedap dipandang ia abaikan begitu saja, gegaranya ia pakai peci. Karena mementelengi "rejeki" wajah cantik dalam keadaan berpeci hanya akan merendahkan pecinya saja, menurutnya. Lain halnya dengan blangkon. Ia lebih merasa nyaman mengenakannya, karena bebas dari pencitraan (sok) alim.
Keseruan lainnya adalah karena ia maju ke depan untuk menjelaskan tentang pertanyaan yang ia maksudkan. Teknis keseruannya seperti apa, terlalu panjang untuk diceritakan.
Seusai mengikuti kuliah, tiba-tiba dikejutkan oleh sebuah berita kehilangan. Jeng Tari kehilangan sepatunya. Suasana kelas menjadi heboh. Ternyata disembunyikan oleh Jeng Ollan.
Ollan yang duduk kuliahnya bersebelahan dengan Itok ini suka iseng juga, rupanya. Namun malam itu juga Ollan kena batunya. HP-nya tertinggal di kelas, sementara ia sudah hampir sampai parkiran motornya. Tiba-tiba, Bu Ergi memberitahukan ke Itok jika HP Ollan tertinggal.
_"Saat yang tepat ngerjain Ollan, nih...,"_ pikir Itok.
_"Jeng Ollan, aku hubungi kok ga diangkat?"_ kata Itok.
_"Oooh, HP di tas. Aku ga dengar, Mas,"_ jawabnya dengan enteng dan tanpa beban.
_"Udah dicek di tas?"_ tanya Mas Itok santai.
_"Omaigooooot.... HP-ku... HP-ku ketinggal di kelaaaassss..."_ teriaknya. Ia bergegas ingin kembali ke kelas.
_"Eh, tapi bener masih di kelas? Ah paling udah diumpetin sama Mas Itok,"_ kata Ollan mencurigai Itok.
_"Enggak, beneran aku nggak pegang HP-mu,"_
_"Aah... bentar !! Aku cek di tasku dulu. Nih pegangin gelasku, mas"_ ia meminta Itok membawa segelas teh panas yang baru saja diambilnya dari _Tea Room_ sesaat sebelum turun ke parkiran. Itok menerima saja teh panas yang masih penuh itu. Ollan memeriksa tasnya. HP memang tidak ada di dalam tasnya.
_"Aaaah, mas pasti yang nyembunyiin,"_ Ollan nampak kesal dan menaruh curiga kepada Itok. Sementara Bu Ergi hanya senyam-senyum saja.
Itok yang masih membawa setumpuk buku tebal berbahasa inggris di tangan kiri dan teh panas Ollan di tangan kanan tak berkutik apa-apa saat Ollan memaksakan diri merogoh kantong celana kanan Itok. Tiba-tiba tangan Ollan memegang dengan eratnya lalu dilepaskan, kemudian _nyelentik_ sesuatu di balik kantong Itok itu, sebagai pelampiasan atas kecurigaannya pada Itok. Seketika itu Itok kesakitan dan mengumpatnya,
_"Kurang ajar...!!"_ teriak Itok sambil menahan sakit.
_"Loh, mas. Mas bawa pisang, ya?"_ sambil _cengengesan_ ia bertanya.
_"Keluarkan tanganmu, asem !!"_ bentak Itok.
_" Oo..., bukan pisang to, Mas? Maaaf, Mas..."_ balas Ollan sambil _nyengenges._
Bu Ergi tambah _ngekek_ melihat reaksi Itok. Bu Ergi langsung mengeluarkan HP Ollan dari tasnya, dan berterus terang pada Ollan jika dialah yang menyelematkan HP-nya karena keluar kelas paling belakangan. Mungkin juga, bu Ergi iba melihat Itok yang masih merasa kesakitan setelah pisangnya diselentik Ollan.
ABDUL LATIF, tinggal di sleman
Comments
Post a Comment